بسم الله الرّحمن الرّحيم
INI ADALAH POS PERTAMA SAYA
SEMOGA BERMANFAAT!!!
DISINI KALIAN BISA MELIHAT MATERI SYARHIL AL-QUR'AN.
TEORI RETORIKA SYARHIL QUR’AN
OLEH : AHMAD RAJAFI, SHI., MHI
A. BAGIAN MUQADDIMAH.
1.
Kefasihan Bacaan Salam
2.
Kefasihan Bacaan Muqaddimah ;
A.
Hamdalah
B.
Shalawat dan Salam Terhadap Nabi
3.
Kebenaran Bacaan Muqaddimah
4.
Mensifati Hamdalah Atau Menyebut
Dalil Alqur’an dan Al-Hadits
5.
Mensifati Hamdalah Dengan Topik
yang Ada
6.
Ungkapan Sapaan Kepada Audiens
(Jama’ah)
7.
Mengemukakan Latar Belakang /
Pengantar Pembahasan
B. BAGIAN ISI.
1.
Menjelaskan Konsep Utama Dalam
Ayat
2.
Relevansi Ayat Dengan Isi
3.
Mengemukakan Maksud Ayat Secara
Global
4.
Kefasihan Dalam Membaca Istilah
Yang Berbahasa Asing
5.
Menyebutkan Rujukan Bacaan
6.
Memperkaya Analisis Dengan Dalil
Al-Qur’an, Hadits, Peribahasa dan Sya’ir
7.
Menuangkan Asbab An-Nuzul Ayat
dan Asbab Al-Wurud Hadits
8.
Menunjukkan Isi Ayat Dengan
Problem Kekinian Yang Dihadapi Jama’ah
9.
Memberikan Contoh
C. SISTEMATIKA
PENGGUNAAN BAHASA.
1.
Pendekatan Deduktif ( Umum Ke
Khusus )
2.
Pendekatan Induktif ( Khusus Ke
Umum )
3.
Bergantian Deduktif dan Induktif
4.
Penggunaan Bahasa Yang Baik,
Benar, dan Etis
D. INTONASI, AKSENTUASI,
GAYA DAN MIMIK.
1.
Intonasi dan Aksentuasi ;
A.
Menanjak
B.
Menurun
C.
Bergantian Menanjak Dan Menurun
D.
Datar
E.
Kesesuaian Volume Suara Dengan
Maksud Isi Khutbah
F.
Daya Tarik Persuasif (bersifat
membujuk secara halus agar menjadi yakin)
G.
Gaya dan Mimik ;
i.
Kesatuan Yang Utuh (Integritas)
Antara Laga Dalam Penampilan Yang Memancarkan Kewibawaan Dan Kejujuran
ii.
Model Tampilan Pakaian Yang
Dikenakan
iii.
Keserasian Tampilan Gerak Bahasa
Tubuh Dengan Maksud Isi Paparan Khutbah
iv.
Ekspresi Kejiwaan
v.
Daya Tarik Persuasif (bersifat
membujuk secara halus agar menjadi yakin)
E. EVALUASI KHUTBAH
1.
Bertanya Dengan Orang yang
Mendengarkan
2.
Rekaman Suara
F. PENUTUP
REMAJA DAN PEMUDA SEBAGAI ASET
MASA DEPAN BANGSA
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذى ارسل رسولا مبشرين ومنذرين وداعيا إلى الله بإذنه وسراجا منيرا
أللهم فصلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين {أما بعد}
KAUM MUSLIMIN YANG DIRAHMATI OLEH ALLAH SWT
Alfin Toffler dalam bukunya The Future Shock and The Third Wave,
beliau menyatakan, era milinium merupakan era institusional change,
yaitu era menjamurnya berbagai media komunikasi. Konsekuensinya, pada suatu
sisi melahirkan nilai-nila positif, Namun disisi lain over loading
information melahirkan desease of adaftation, penyakit adaptasi.
Penerimaan terhadap unsur-unsur asing tanpa mempertimbangkan baik atau
buruknya, ketika orang barat judi, Remaja dan pemuda kita terlena dengan
gaplek dan remi, ketika orang barat terlena dengan minum-minuman keras, Remaja
dan pemuda kita terlena dengan budaya mabuk-mabukan tenggak wisky,
brandy, bahkan yang paling besar dan mendasar penyakit adaptasi ini melahirkan
dehumanisasi, demoralisasi, dan despritualisasi.
Akibatnya manusia hidup bebas, keras, beringas, ganas bahkan lebih ganas
dari binatang buas, di sinilah pentingnya pembangunan kepribadian yang postif
sebagaimana digambarkan Thomas Hobbes dalam A War of All Agaents, John
Lock dalam Social Contrack, Bruch Spinoza dalam Intelektual Love of
God dan lain sebagainya. Karena pentingnya keperibadian positif, khusunya
sebagai seorang muslim, maka pada kesempatan ini, kita akan membicarakan
tentang “Remaja Dan Pemuda Sebagai Aset Masa Depan Bangsa”. Dengan rujukan
al-Qur’an surat al-Anfal ayat 24-25 :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا
دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ
وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ {24} وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا
تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ
الْعِقَابِ {25}
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan
kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia
dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan
peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya..”
(QS. Al-Anfal)
HADIRIN MA’ASYRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Berdasarkan ayat di atas maka dapatlah difahami bahwa dalam membangun
Remaja dan pemuda maka hendaknya dapat membatasi antara dirinya dengan
hatinya. Namun, seperti apakah membatasi antara manusia dengan hatinya?
Al-Smarqandi di dalam kitab tafsirnya Bahr al-Ulum menyebutkan, bahwa yang
dimaksud dengan “yahulu bain al-mar’i wa qalbih” adalah :
يحول بين المؤمن ومعاصيه التي تسوقه وتجره إلى النار ، ويحول بين الكافر
وطاعته التي تجره إلى الجنة
Artinya : “membatasi antara orang mukmin dengan kemaksiatannya yang
mengarahkannya dan mendekatkannya dengan api neraka, serta membatasi antara
orang kafir dengan keta’atannya yang dapat mendekatkannya dengan surga.”
Hadirin, penjelasan di atas menunjukkan bahwa seorang yang beriman bisa saja
terjerumus kedalam api neraka jika tidak dapat mengontrol hatinya dari
kemaksiatan. Akan tetapi perlu difahami bersama bahwa arahan berpikir ayat di
atas bukan saja menjurus kepada eksklusivisme Islam sehinga seringkali
menafikan civil society yang sesungguhnya harus terus dibangun.
Lebih detil di dalam ayat selanjutnya, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab
dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan bahwa, sendi-sendi bangunan masyarakat akan
melemah jika kontrol sosial melemah. Akibat kesalahan tidak hanya menimpa yang
bersalah. Tabrakan tidak hanya terjadi akibat kesalahan kedua pengendara. Bisa
saja yang bersalah hanya seorang, tetapi kecelakaan dapat beruntun menimpa
sekian banyak kendaraan.
Tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya telah disyari’atkan sedemikian rupa oleh
Allah yang mengetahui kemaslahatan, kebutuhan, sekaligus kecenderungan mereka.
Apabila ada yang melanggarnya maka akan timbul kekacauan, karena yang melanggar
telah melakukan suatu yang merugikan pihak lain. Pada saat itu akan muncul kekacauan,
dan akan lahir instabilitas yang mengakibatkan semua anggota masyarakat
yang taat maupun yang durharka ditimpa krisis.
Karena itu ayat ini berpesan : buatlah prisai antara diri anda dengan ujian
dan bencana dengan jalan memelihara hubungan harmonis dengan-Nya. Laksanakanlah
tuntunan-Nya dengan anjurkan pula orang lain berbuat kebaikan dan menjauhi
kemunkaran, karena jika tidak kita semua akan ditimpa bencana. Dalam konteks
ini Rasul saw memperingatkan :
“jika ada masyarakat yang melakukan kedurhakaan, sedang ada anggotanya
yang mampu menegur atau menghalangi mereka, tapi dia tidak melakukannya, maka
Allah swt akan menjatuhkan bencana yang menyeluruh kepada mereka”.
HADIRIN RAHIMKUMULLAH
Dalam menemukan Remaja dan pemuda yang sejati di tengah-tengah
hiruk-pikuk kemaksiatan yang dapat menjerumuskan kita ke lembah kenistaan, maka
kita harus menemukan metode yang efektif dalam mengarunginya. Dalam hal ini,
Allah swt mengajarkan dan memerintahkan kepada kita. Sebagaimana firman-Nya di
dalam surat ar-Ruum ayat 60 :
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ وَ لاَ يَسْتَخِفَّنَّكَ
الَّذِينَ لاَ يُوقِنُونَ {60}
Artinya : “Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar
dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat
Allah) itu menggelisahkan kamu.” (QS. Ar-Ruum : 60)
HADIRIN RAKHIMAKUMULLAH
Berdasarkan firman Allah di atas, terdapat kata kunci yang paling
ditekankan dengan kata kerja perintah di dalamnya.
Adapun kata kerja perintah yang ada di dalam ayat di atas adalah “ فاصبر ” yang berarti bersabarlah. Dan dalam hal
ini, Abdurrahman bin Nashir al-Su’udy menafsirkan kata di atas dengan sebutan :
فاصبر على ما أمرت به وعلى دعوتهم إلى الله ولو رأيت منهم إعراضا
Artinya : “bersabarlah terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Allah
dan terhadap apa yang dipanjatkan kepada Allah meskipun engkau dapatkan di
antara mereka ada yang membangkang”
Penjelasan di atas menunjukkan betapa beratnya untuk menjadi mukmin yang
sejati di dunia ini, hingga Allah memerintahkan untuk selalu bersabar di
dalamnya. Apalagi jika dikaitkan dengan perkembangan zaman yang begitu cepat.
Sebuah contoh adalah, saat ini sebagian anak-anak muda kita terjerumus dan
terlena dengan westernisasi, kebarat-baratan. Orang barat merayakan valentine,
kita ikut merayakan valentine. Di bawah sinar remang-remang, disaat
hujan rintik-rintik, angin menghembus sepoi-sepoi basah duduk berdua. Masya
Allah.
Oleh karena itu, langkah apakah yang harus kita lakukan dalam rangka
membangun generasi bangsa yang berpribadian muslim sejati ? Dan siapakah yang
berperan di dalamnya ?
1. Para orang tua, guru, dan pendidik, hendaknya memberikan bekal ilmu dan
akhlaq yang cukup bagi anak-anak, remaja, dan pemuda . Karena dengan ilmu dan
akhlaq yang dimiliki, mereka akan menjadi generasi yang “al-qawiy” yang
kuat bukan generasi yang “al-dha’if” atau generasi yang lemah.
2. Para remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa, agar memiliki
itikad yang baik untuk dididik dan dibina, karena hal tersebut merupakan cikal
bakal keberhasilan untuk mewujudkan terbentuknya remaja dan pemuda yang sejati.
Karena apalah arti guru tanpa adanya murid. Dan apalah yang dapat dikerjakan
seorang murid tanpa adanya instruksi dan bimbingan dari guru. Oleh karena itu,
saling take and give akan membuahkan hasil yang berarti.
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Dan pada akhirnya, dapat kita
simpulkan bersama bahwa jika semua ikhtiyar ini sudah kita lakukan,
mudah-mudahan remaja dan pemuda kita bisa menjadi tumpuan, harapan, dan
cita-cita bagi bangsa kita. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya :
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته
MEMBANGUN KARAKTER BANGSA
PERSPEKTIF AL-QURAN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله العزة الذى جئهم بكتاب فصلناه على علم هدى ورحمة لقوم يؤمنون أشهد
أن لا إله إلا الله وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله أللهم فصلى وسلم على سيدنا
محمد وعلى آله وصحبه أجمعين {أما بعد}
WAHAI PENCINTA AL-QUR’AN YANG DIRAHMATI OLEH ALLAH SWT
Albert Einstein, seorang ilmuan terbesar abad ke-20 menyatakan, “Relegion
without science is lame and science without relegion is blind”, agama tanpa
ilmu adalah pincang dan ilmu tanpa agama adalah buta. Kalimat ini menunjukkan
bahwa, agama tidak hanya mendorong studi ilmiah, tapi juga menjadikan riset
ilmiah yang konklusif dan tepat guna, karena didukung oleh kebenaran yang
diungkapkan melalui agama. Alasannya adalah, karena agama merupakan sumber
tunggal yang menjadikan jawaban pasti dan akurat.
Selain daripada itu, kalimat ini juga menunjukkan bahwa membangun karakter
bangsa tanpa panduan agama tidak dapat berjalan dengan benar, tetapi justru
membuang banyak waktu dalam mencapai hasil tertentu, atau lebih buruk lagi,
seringkali tidak memperoleh bukti yang meyakinkan. Ketika Nabi sampai di
Madinah, ia membuat sebuah perdaban baru yang kemudian memunculkan pengertian
bahwa Islam adalah sistem kepercayaan yang sistemik, tidak hanya berdimensi
theological, ritual, dan mistical tetapi juga berdimensi moral dan intelektual.
Secara termonologi, Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang di turunkan
kepada nabi besar Muhammad saw, melalui wasilah malaikat jibril as untuk di
syiarkan kepada umat manusia yang salah satu fungsinya adalah “huda linnaas”
petunjuk bagi suluruh umat manusia di muka bumi ini. Said Nursi
sebagai Renaissan of Islam menyatakan, “Islam is the father of all
the science and al-Qur’an is the book of science”, Islam adalah bapaknya
seluruh ilmu pengetahuan dan al-Qur’an adalah kitabnya ilmu pengetahuan. Oleh
sebab itulah, melalui penjelasan ini, maka pada kesempatan yang baik ini, kami
akan membahas tentang “MEMBANGUN KEPRIBADIAN BANGSA PERSPEKTIF AL-QURAN” dengan
rujukan al-Qur’an surat Ibrahim ayat 1 :
الر ج كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ
الْحَمِيدِ {1}
Artinya : “Alif laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu
supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim)
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Prof. Dr. Muhammad Quraish
Shihab, di dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan, bahwa penjelasan tentang
pentingnya al-Qur’an, disebutkan oleh Allah swt. dengan menggunakan bentuk
jamak untuk kata (الظلمات) yang berarti aneka gelap, sedang (النور) dengan berbetuk tunggal. Hal ini untuk
mengisyaratkan bahwa kegelapan itu bermacam-macam serta beraneka
ragam dan sumbernya pun banyak. berbeda dengan an-nuur atau cahaya
yang menerangai dan tidak pernah memberi gelap.
Penjelasan tentang al-Qur’an sebagai penerang atau an-nuur,
benar-benar menunjukkan bahwa antara al-Qur’an dengan membangun karakter bangsa
terdapat hubungan yang saling mengikat. Malik bin Nabi di dalam kitabnya Intaj
al-Mustasyriqin wa Atsaruhu fi al-Firy al-Hadits, menulis “Ilmu pengetahuan
adalah sekumpulan masalah, serta sekumpulan metode yang dipergunakan menuju
tercapainya masalah tersebut.” Ini menunjukkan bahwa kemajuan membangun
karakter bangsa tidak dapat dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada
masyarakat, tetapi juga diukur dengan wujudnya suatu iklim yang dapat mendorong
kemajuan pembangunan karakter bangsa itu termasuk al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak mengandung kontradiksi.
Al-Qur’anlah kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada utusannya sebagai
petunjuk. Al-Qur’an adalah kitab terakhir dan berada dalam penjagan Allah swt.
Oleh sebab itu, membangun karakter bangsa akan berkembang cepat hanya
apabila dituntun oleh al-Qur’an, dan mengambil kebenaran darinya. Karena, hanya
dengan demikian membangun karakter bangsa mengikuti jalan Allah. Ketika
jalan yang bertentangan dengan agama diambil, para ilmuan menyia-nyiakan waktu
dan sumberdaya, serta menghalangi kemajuan membangun karakter bangsa.
Demikianlah menurut Harun Yahya dalam The Qur’an Leads the Way to Science.
Lalu bagaimanakah dinamika keilmuan dalam menwujudkan kepribadian umat
Islam saat ini? Umat islam saat ini mengalami degradasi besar-besaran. Data
Badan Penelitian International menyebutkan, Israel yang notabene Yahudi dalam 1
juta penduduk memiliki 1600 pakar pengetahuan, Amerika yang notabene Nasrani
dalam 1 juta penduduk memiliki 160 pakar pengetahuan. Sedangkan Indonesia yang
notabene mayoritas muslim terbesar di dunia, dalam 1 juta penduduk hanya
memilki 65 pakar yang muslimnya hanya 6 orang. Oleh karenanya, dalam bidang membangun
karakter bangsa dan teknologi, kita masih jauh tertinggal oleh
bangsa-bangsa lain. Kita jauh tertinggal dengan Amerika yang Protestanis, kita
jauh tertinggal oleh Korea yang Konfusianis Taois, bahkan kita jauh tertinggal
oleh Jepang yang Budhis Taois. Padahal 14 abad yang lalu kita telah diperintahkan
untuk membaca dan membangun karakter bangsa. Bacalah al-Qur’an supaya hidup
teratur, bacalah alam supaya lahir karya-karya luhur, dan baca diri kita agar
hidup tidak takabur, sebab membaca dalam Islam harus dibarengi dengan serta
diimbangi dengan :
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Artinya : “Dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”
Akan tetapi, untuk dapat memahami dengan jelas dan benar terhadap
interpretasi dari firman-firman Allah di dalam al-Qur’an, yang menjelaskan
tentang korelasi antara al-Qur’an dan meciptakan kepribadian bangsa, serta
mengambil manfaat darinya untuk menjadikannya sebagai contoh kepribadian
bangsa, maka salah satu yang harus dilakukan adalah dengan dapat memahami
al-Qur’an secara tekstual terlebih dahulu, yakni memahami al-Qur’an dari segi
kebahasaan, dan bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab. Sebagaimana Allah
berfirman di dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 113 :
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ
الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا {113}
Artinya : “Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur’an dalam bahasa Arab,
dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari
ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur’an itu menimbulkan pengajaran
bagi mereka.” (QS. Thaha)
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Di dalam kitab Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an, Imam al-Thabari
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah di atas adalah :
ما حذروا به من أمر الله وعقابه ووقائعه بالأمم قبلهم
Artinya : “Apa yang diperingatkan kepada mereka merupakan perintah
Allah, hukuman-Nya, dan ketetapan-ketetapannya terhadap umat-umat sebelum
mereka.”
Hadirin, memperhatikan penjelasan tersebut, maka jelaslah bahwa al-Qur’an
benar-benar merupakan landasan contoh kepribadian bangsa buat kita, hal ini
juga bisa dilihat dari ditemukanya kata-kata ilmu dalam berbagai bentuknya di
dalam al-Qur’an yang terulang sebanyak 854 kali supaya kita dapat belajar
membangun pribadi yang dimaksud.
Pada akhirnya kami mengajak…Wahai saudara-saudaraku orang Semendo “ayo
kite jadikah al-Qur’an kandik pedoman hidup”, wahai saudara-saudaraku orang
Sunda “Hayu urang sami-sami ngajanten keun al-Qur’an kanggo tuntunan
kahirupan urang”, wahai saudara-saudaraku orang Lampung “Lapah gham
jadikon al-Qur’an sebagai pegungan ughi’ ”, wahai saudar-saudaraku orang
Solo “Sumonggo kulo lan panjenengan dadosaken al-Qur’an kagem tuntunangin
gesang”, wahai saudara-saudaraku orang Prancis “Allez utilisez
I’al-Qur’an pour le guide de notre vivre”, wahai saudara-saudaraku orang
Jepang “Jaa al-Qur’an wa wa watashitachi no kyoukashou ni narimashoo”.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya.
والله المستعان إلى احسان الحال
والسلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته
AL-QUR’AN SUMBER ILMU PENGETAHUAN
الحمد لله العزة الذى جئهم بكتاب فصلناه على علم هدى ورحمة لقوم يؤمنون أشهد
أن لا إله إلا الله وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله أللهم فصلى وسلم على سيدنا
محمد وعلى آله وصحبه أجمعين )أما بعد(
HADIRIN PENCINTA AL-QUR’AN YANG DIRAHMATI ALLAH SWT
Albert Einstein, seorang ilmuan terbesar abad ke-20 menyatakan, “Religion
without science is lame and science without relegion is blind”, agama tanpa
ilmu adalah pincang dan ilmu tanpa agama adalah buta. Kalimat ini menunjukkan
bahwa, agama tidak hanya mendorong studi ilmiah, tapi juga menjadikan riset
ilmiah yang konklusif dan tepat guna, karena didukung oleh kebenaran yang
diungkapkan melalui agama. Alasannya adalah, karena agama merupakan sumber
tunggal yang menjadikan jawaban pasti dan akurat.
Selain daripada itu, kalimat ini juga menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan
tanpa panduan agama tidak dapat berjalan dengan benar, tetapi justru membuang
banyak waktu dalam mencapai hasil tertentu, atau lebih buruk lagi, seringkali
tidak memperoleh bukti yang meyakinkan. Ketika Nabi sampai di Madinah, ia
membuat sebuah perdaban baru yang kemudian memunculkan pengertian bahwa Islam
adalah sistem kepercayaan yang sistemik, tidak hanya berdimensi theological,
ritual, dan mistical tetapi juga berdimensi moral dan intelektual.
Secara termonologi, Islam adalah agama yang disampaikan oleh Allah swt.
kepada Nabi Muhammad saw. melalui wasilah Malaikat Jibril as. agar disyiarkan
kepada seluruh makhluk di dunia ini, dan karena Islam merupakan ajaran yang
ilmiah, maka Islam memilki panduan yang sempurna yakni al-Qur’an. Said Nursi
sebagai Renaissan of Islam menyatakan, “Islam is the father of all
the science and al-Qur’an is the book of science”, Islam adalah bapaknya
seluruh ilmu pengetahuan dan al-Qur’an adalah kitabnya ilmu pengetahuan. Oleh
sebab itulah, melalui penjelasan ini, maka pada kesempatan yang baik ini, kami
akan membahas tentang “AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER ILMU PENGETAHUAN” dengan
rujukan al-Qur’an surat Ibrahim ayat 1 :
الر ج كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ
الْحَمِيدِ )1(
Artinya : “Alif laam raa. (Ini
adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari
gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu)
menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim)
HADIRIN
RAHIMAKUMULLAH
Prof. Dr. Muhammad Quraish
Shihab, di dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan, bahwa penjelasan tentang
pentingnya al-Qur’an, disebutkan oleh Allah swt. dengan menggunakan bentuk
jamak untuk kata (الظلمات) yang berarti aneka gelap, sedang (النور) dengan berbetuk tunggal. Hal ini untuk
mengisyaratkan bahwa kegelapan itu bermacam-macam serta beraneka
ragam dan sumbernya pun banyak. Setiap benda pasti mempunyai
bayangan, dan bayangan itu adalah gelap, sehingga gelap menjadi banyak, berbeda
dengan an-nuur atau cahaya yang menerangai dan tidak pernah memberi
gelap.
Penjelasan tentang al-Qur’an sebagai penerang atau an-nuur,
benar-benar menunjukkan bahwa antara al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan terdapat
hubungan yang saling mengikat. Malik bin Nabi di dalam kitabnya Intaj
al-Mustasyriqin wa Atsaruhu fi al-Firy al-Hadits, menulis “Ilmu pengetahuan
adalah sekumpulan masalah, serta sekumpulan metode yang dipergunakan menuju
tercapainya masalah tersebut.” Ini menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan
tidak dapat dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi
juga diukur dengan wujudnya suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan ilmu
pengetahuan itu termasuk al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak mengandung kontradiksi.
Al-Qur’anlah kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada utusannya sebagai
petunjuk. Al-Qur’an adalah kitab terakhir dan berada dalam penjagan Allah swt.
Oleh sebab itu, sains akan berkembang cepat hanya apabila dituntun oleh
al-Qur’an, dan mengambil kebenaran darinya. Karena, hanya dengan demikian sains
mengikuti jalan Allah. Ketika jalan yang bertentangan dengan agama diambil,
para ilmuan menyia-nyiakan waktu dan sumberdaya, serta menghalangi kemajuan
sains. Demikianlah menurut Harun Yahaya dalam The Qur’an Leads the Way to
Science.
Lalu bagaimanakah dinamika keilmuan umat Islam saat ini? Data Badan
Penelitian International menyebutkan, Israel yang notabene Yahudi dalam 1 juta
penduduk memiliki 1600 pakar pengetahuan, Amerika yang notabene Nasrani dalam 1
juta penduduk memiliki 160 pakar pengetahuan. Sedangkan Indonesia yang notabene
mayoritas muslim terbesar di dunia, dalam 1 juta penduduk hanya memilki 65
pakar yang muslimnya hanya 6 orang. Oleh karenanya, dalam bidang sains
dan teknologi, kita masih jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. Kita jauh
tertinggal dengan Amerika yang Protestanis, kita jauh tertinggal oleh Korea
yang Konfusianis Taois, bahkan kita jauh tertinggal oleh Jepang yang Budhis
Taois. Padahal 14 abad yang lalu kita telah diperintahkan untuk membaca dan
menggali ilmu pengetahuan. Bacalah al-Qur’an supaya hidup teratur, bacalah alam
supaya lahir karya-karya luhur, dan baca diri kita agar hidup tidak takabur,
sebab membaca dalam Islam harus dibarengi dengan serta diimbangi dengan :
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ
“Dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”
Akantetapi, untuk dapat memahami dengan jelas dan benar terhadap
interpretasi dari firman-firman Allah di dalam al-Qur’an, yang menjelaskan
tentang korelasi antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan, serta mengambil manfaat
darinya untuk menjadikannya sebagai sumber ilmu pengetahuan, maka salah satu
yang harus dilakukan adalah dengan dapat memahami al-Qur’an secara tekstual
terlebih dahulu, yakni memahami al-Qur’an dari segi kebahasaan, dan bahasa
al-Qur’an adalah bahasa Arab. Sebagaimana Allah berfirman di dalam al-Qur’an surat
Thaha ayat 113 :
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ
الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا (113)
Artinya : “Dan demikianlah
Kami menurunkan Al Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan
berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau
(agar) Al Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” (QS. Thaha)
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Di dalam kitab Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an, Imam al-Thabari
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah di atas adalah :
ما حذروا به من أمر الله
وعقابه ووقائعه بالأمم قبلهم
“Apa yang diperingatkan kepada mereka merupakan perintah Allah,
hukuman-Nya, dan ketetapan-ketetapannya terhadap umat-umat sebelum mereka.”
Jika kita perhatikan secara sekasama, maka kita dapatkan bahwa ayat di atas
menjadikan kehadiran al-Qur’an bagi umat manusia mengandung salah satu dari
tujuan pokok :
1.
Agar manusia bertakwa kepada Allah atau agar kitab suci tersebut menimbulkan
niali-nilai ilmiah bagi mereka, sehingga mereka dapat terhindar dari siksa
duniawi dan ukhrawi.
2. Menimbulkan pengajaran atau pendidikan
bagi mereka yakni mengundang mereka untuk berpikir dan ingat sehingga pada
akhirnya mengantar mereka bertkawa. Demikianlah menurut Prof. Dr. Muhammad
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah.
Hadirin, memperhatikan penjelasan tersebut, maka jelaslah bahwa al-Qur’an
benar-benar merupakan sumber ilmu pengetahuan, hal ini juga bisa dilihat dari
ditemukannya kata-kata ilmu dalam berbagai bentuknya di dalam al-Qur’an yang
terulang sebanyak 854 kali. Di samping itu, banyak pula ayat-ayat al-Qur’an
yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, penalaran dan sebagainya.
Untuk itu, tiada yang lebih baik dituntut dari suatu kitab agama
menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir, serta tidak menetapkan
suatu ketetapan yang membatasainya menambah pengetahuan selama dan di mana saja
ia kehendaki.
Pada akhirnya kami mengajak…Wahai saudara-saudaraku orang Semendo “ayo
kite jadikah al-Qur’an kandik pedoman hidup”, wahai saudara-saudaraku orang
Sunda “Hayu urang sami-sami ngajanten keun al-Qur’an kanggo tuntunan
kahirupan urang”, wahai saudara-saudaraku orang Lampung “Lapah gham
jadikon al-Qur’an sebagai pegungan ughi’ ”, wahai saudar-saudaraku orang
Solo “Sumonggo kulo lan panjenengan dadosaken al-Qur’an kagem tuntunangin
gesang”, wahai saudara-saudaraku orang Prancis “Allez utilisez
I’al-Qur’an pour le guide de notre vivre”, wahai saudara-saudaraku orang
Jepang “Jaa al-Qur’an wa wa watashitachi no kyoukashou ni narimashoo”.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya :
والسلا م عليكم ورحمة
الله وبرمكاته
AL-QUR’AN DAN RANCANG
BANGUN MASA DEPAN PERADABAN MANUSIA
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي أنزل القرءان هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان الصلاة
والسلام على خير الإنسان وعلى اله وصحبه الى يوم البيان : أما بعد
Dewan hakim yang kami hormati
Hadirin yang kami cintai
Napoleon, seorang orientalis berkebangsaan Perancis mengatakan “The
principle of Quran with alone of tracking can lead man to happiness”,
Al-Qur’an adalah prinsip dan merupakan satu-satunya kitab suci yang dapat
menghantarkan kepada kepulauan nan bahagia.
Ungkapan tersebut hadirin, mengisyaratkan kepada kita bahwa Al-Qur’an
laksana lampu penerang hati dalam menembus liku-liku perjuangan yang panjang
membentang. Al-Qur’an adalah laksana benteng yang kokoh dalam mengcaunter
tipuan dan godaan syetan. Al-Qur’an laksana jimat penyelamat dari kesesatan
hidup dan kehidupan. Pendek kata Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang
berisi petunjuk dan kebahagiaan serta senantiasa relevan dengan perkembangan
dan situasi zaman. Oleh karena itu Rasul mengatakan:
اقرءوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لاصحابه
“bacalah dan kajilah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat
sebagai penolong”
Dalam rangka menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup
manusia, pada kesempatan berbahagia ini kami akan membahas tentang “AL-QUR’AN
DAN RANCANG BANGUN MASA DEPAN PERADABAN MANUSIA”, dengan rujukan surat
yunus ayat 57:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء
لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ﴿٥٧﴾
Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Hadirin…Ayat tadi dalam ilmu balaghah termasuk “كلام
خبري او إنكاري” yang meginformasikan sekaligus menegaskan bahwa sungguh telah
datang kepada manusia Al-Qur’an yang memberikan petunjuk kepada jalan
yang lurus dan mengeluarkan manusia dari kegelapan. Lalu apakah fungsi dan
peran Al-Qur’an itu hadirin dalam merancang bangun peradaban manusia? Ayat tadi
sebagaimana ditafsirkan oleh Imam Ali Ash-Shabuni dalam Shafwatut Tafasir,
menjelaskan ada empat fungsi diturunkannya Al-Qur’an yaitu:
Pertama, “مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ أي موعظة من خالقكم”
Al-Qur’an sebagai pelajaran dari Tuhan yang Maha pengajar. Berkaitan dengan hal
tersebut, Imam Al-Ghazali dalam “Jawahir al-Qur’an” mengatakan seluruh
cabang ilmu pengetahuan baik yang datang terdahulu maupun kemudian, baik yang
teah diketahui maupun belum, semuanya bersumber dari Al-Qur’anul karim.
Sebagai bukti bukankah karena Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa
arab telah mendorong lahirnya ilmu tata bahasa yang kemudian kita kenal dengan
ilmu nahwu dan sharaf, bukankaj karena Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan
bahasa indah, retoris dan puitis dan argumentatis telah mendorong lahirnya ilmu
retorika dan sastra yang keudian kita kenal dengan ilmu balaghah dan mantiq,
bukankah karena kita diperintahkan untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar telah mendorong lahirnya ilmu qiroaat yang kemudian kita kenal dengna
ilmu tajwid.
Bukankah karena Al-Qur’an menceritakan proses penciptaan manusia dan alam
telah mendorong lahirnya ilmu kehidupan yang kemudian kita kenal dengan
biologi, bahkan bukankah karena Al-Qur’an menceritakan karakteristik dan
seluk beluk masyarakat terdahulu telah mendorong lahirnya ilmu kemasyarakatan
yang kemudian kita kenal dengan sosiologi. Dengan demikian hadirin seluruh ilmu
pengetahuan itu bersumber dari Al-Qur’an.
Kedua, شِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ أي يشفى ما فيها من
الشرك والشك والجهل, Al-Qur’an sebagai obat penyakit bathin
seperti penyakit syirik, ragu dan bodoh. Kenapa Al-Qur’an berfungsi sebagai
obat penyakit bathin bukan penyakit zhahir? Jawabannya hadirin penyakit zhahir
memang berbahaya jika tidak diobati, tapi jauh lebih berbahaya jika kita punya
penyakit tapi tidak diobati, betul hadirin? Dengan demikian penyakit asma,
jantung, tumor memamng berbahaya dan dapat merusak tubuh manusia, tapi penyakit
sombong, iri hati, dengki, frustasi, korupsi, haus kursi, menghalalkan segala
cara untuk mendapatkan jabatan dan popularitas diri jauh lebih berbahaya dan
dapat merusak tatanan hidup masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu hadirin,
Al-Qur’an turun dengan memberikan perintah dan larangan, janji dan ancaman, dan
memerintah kepada manusia untuk mentaatinya dan mengamalkan seluruh isinya.
Dengan mengamalkan Al-Qur’an Insya Allah segala penyakit hati akan terkikis
habis dari diri kita. Pantas kalau Abu Farida Muhammad Ijat dalam bukunya “Aliz
Nafsaka bil Qur’an” mengatakan “Al-Qur’an adalah obat yang sempurna bagi
segala penyakit baik penyakit zhahir maupun bathin.
Ketiga, هُدًى أي هداية من الضلال,
Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dari kesesatan. Al-qur’an
diturunkan Allah untuk memberikan petunjuk kepada manusia, membimbing dan
membawanya kepada keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
Berkaitan dengan hal tersebut, Prof.Dr.Quraish Syihab dalam “Wawasan
Al-qur’an” mengatakan seluruh ayat yang ada dalam Al-qur’an seluruhnya berisi
ajaran yang relevan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Mampu memberikan
solusi terhadap berbagai permasalahan manusia baik yang bersifat ibadah ritual
maupun sosial termasuk di dalamnya tentang etika kenegaraan.
Oleh karena itu, kalau manusia sudah mampu memahami isi Al-Qur’an,
menjadikan petunjuk kehidupan, serta mengamalkannya dalam hidup keseharian maka
prilakunya dipastikan tidak bertentangan dengan ajaran Tuhan dan berselisih
dengan tuntutan agama, siapaun dia dan apaun profesinya. Seorang pejabat kalau
sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan berbuat
korupsi meskipun rakyat tidak tahu, seorang pedagang kalau sudah menjadikan
Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan curang mengurangi timbangan
meskipun pembeli tidak mengerti, seorang suami kalau sudah menjadikan Al-Qur’an
sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan berbuat selingkuh meskipun sedang
sendiri. Demikian pula seorang pemuda dan pemudi yang sedang asyik memadu kasih
kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan
berbuat “macam- macam” mskipun keadaan mendukung, senyap dan sepi, betul
hadirin?
Keempat, رَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ أي رحمة لأهل الإيمان,
Al-Qur’an berfungsi sebagai rahmat bagi insan nan beriman. Artinya kalau
Al-Qur’an sudah kita baca isinya, dipahami ajarannya serta diamalkan
petunjuknya maka ia akan menciptakan ketenangan bagi kita, jauh dari rasa resah
dan gelisah, siap menghadapi berbagai problematika hidup dan kehidupan serta
mampu menghantarkan kita kepada kebahagiaan baik dunia maupun di akhirat. Rasul
pernah berjanji:
من جعل القرأن إمامه
ساقه الى الجنة ومن جعل القرأن وراءه قاده الى النار
“Barangsiapa yang menjadikan
Al-Qur’an sebagai imamnya, maka ia akan membawanya kepada surga, sebaliknya
barangsiapa yang menjadikan makmumnya maka akan mendorongnya ke jurang api
neraka.”
Dengan demikian, Al-Qur’an
merupakan firman Allah SWT yang berfungsi sebagai pelajaran, obat, petunjuk dan
rahmat dalam merancang bangun peradaban manusia untuk menggapai kebahagiaan
baik di dunia, terlebih lagi di akhirat. Sejarah telah
membuktikan bahwa Al-Qur’an dahulu pernah melakukan perubahan-perubahan
fundamental terhadap peradaban manusia yang tiada taranya. Al-Qur’an mula-mula
menjumpai bangsa Arab sebagai penyembah berhala, pemuja batu, dan pemuji kayu.
Namun dalam jangka waktu kurang dari seperempat abad, penyembahan kepada Tuhan
Yang Maha Esa yaitu Allah SWT menguasai seluruh jazirah Arabia, setelah
penyembah-penyembah berhala disapu bersih dari seluruh Jazirah Arabia.
Al-Qur’an menyaptu bersih segala kepercayaan takhayul dan menggantinya dengan agama
yang paling rasional. Pada masa itu Bangsa Arab sering membanggakan dirinya
karena kebodohannya, berubah menjadi bangsa yang cinta ilmu pengetahuan, mereka
disulap dengan tongkat wasiat Al-Qur’an, karena di dalamnya terdapat sumber
ilmu pengetahuan. Hal demikian adalah akibat langsungdari ajaran Al-Qur’an. Di
samping itu Al-Qur’an juga membangun manusia dari tingkat yang paling rendah ke
tingkat peradaban paling tingi, hanya dalam jangka waktu relative singkat.
Oleh karena itu, dalam rangka menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan
pedoman hidup kita menuju peradaban manusia yang Qur’ani, mari kita baca
Al-Qur’an, kita pahami isinya, kita renungkan maksudnya dan kita amalkan
ajarannya. Sehingga dengan cara ini kita mampu hidup bahagia baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, maupun Negara dan bangsa. Dan Allah pun akan
menganugerahkan keberkahan kepada kita semua penduduk bangsa ini. Allah SWT
berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم
بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا
كَانُواْ يَكْسِبُونَ ﴿٩٦﴾
Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.
Hadirin wal hadirat Rahimakumullah
Dengan demikian dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan
firman Allah SWT yang berfungsi sebagai pelajaran, obat, petunjuk dan rahmat
dalam merancang bangun peradaban manusia untuk menggapai kebahagiaan baik di
dunia, terlebih lagi di akhirat. Untuk itu kewajiban kita, saya, saudara dan
seluruh kita bangsa Indonesia melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh Al-Qur’an
agar peradaban manusia di negara Indonesia dapat berjaya kembali di masa
sekarang maupun di masa yang akan datang. Amin.
Itulah yang dapat kami sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan dan
kesalahan.
والسلام عليكم ورحمة
الله وبركاته
IPTEK, WARISAN DAN
KEBUDAYAAN YANG TERABAIKAN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله القائل إن جائكم فاسق بنبإ فتبينوا أن تصيبوا قوما بجهالة الصلاة
والسلام على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعه إلى رسالة. أما بعد
HADIRIN ROHIMAKUMULLAH
Jeff Zeleski, seorang pakar komunikasi dunia dalam bukunya “Spiritualitas
Cyberspace” menyatakan : Dewasa ini, perkembangan dunia Informasi dan
komunikasi telah mencapai tahap yang mencenangkan konsekuensinya. Satu sisi
melahirkan nilai-nilai positif dan mampu mengangkat taraf hidup manusia. Namun
disisi lain perkembangan informasi baik melalui media cetak dan elektronika
jika tidak dibingkai dengan nilai-nilai agama hanya akan melahirkan keresahan,
kerusakan, bahkan kehancuran bagi manusia.
Hadirin kehawatiran ZaLesski tersebut kini kian terbukti. Kita perhatikan
budaya barat/peradaban jahiliyah kini kian merajalela melalui media dan
elektronika sebagai contoh tayangan-tayangan kekerasan dan sadis semakin
merajalela, tontonan-tontonan magis-mitologis semakin membudaya bahkan
hiburan-hiburan erotis seksual liberalis semakin makmur, membaur bahkan
menjamur di tengah-tengah masyarakat. Eksisinya hadirin, akibat tayangan
kekerasan,muncul keributan dalam keluarga, tauran antar pelajar, perkelahian
antar kampong bahkan peperangan antar etnis dan golongan akibatnya tontonan
magis metelogis, lahir masyarakat irrasional, ayat Al-Qur’an dipermainkan,
bahkan agama diperdagangkan. Akibatnya hiburan erotis dan seksualis. Marak
perkosanan dan perzinahan, bahkan akhir-akhir ini kita digemparkan oleh
munculnya praktek seks bebas yang dilakukan pelajar dan mahasiswa. Na’uzubillahi
min dzalik.
Itulah hadirin dampak langsung dari penggunaan media cetak dan elektronika
yang mengabaikan nilai-nilai etika. Lalu bagaimanakah Islam melihat fenomena
tersebut? Sebagai jawabannya pada kesempatan ini kami akan membahas tentang IPTEK,
WARIASAN DAN KEBUTUHAN YANG TERGADAIKAN dengan landasan Al-Qur’an, surat
Al-Hujarat ayat 6 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(QS. Al-Hujarat : 6)
HADIRIN MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAKHIMAKUMULLAH
Secara Filosofi, ayat tadi
merupakan landasan metodis dalam menyikapi derasnya informasi yang disebarkan
media cetak dan elektronika, yaitu Islam memiliki prinsip akomodatif jika
bertentangan dengan ajaran Islam jangan gentar, katakan Tidak! Tidak, tidak meskipun
dengan dalil seni dan kebebasan Pers, sepakat?
Dengan demikian ayat tadi memberikan pelajaran pada kita untuk
memperhatikan nilai moral dan etik, dalam menggunakan media cetak dan
elektronika. Namun, sangant disayangkan hadirin, saat ini yang terjadi adalah
fakta sebaliknya, sebagai bukti tidak sedikit majalah-majalah yang memajang
fotoperempuan setengah telanjang. Koran-koran mengumumkan tempat-tempat mesum
dan pelacuran, stasiun-stasiun televise yang menayangkan senetron adegan ciuman
yang ujung-ujungnya menjurus pada perbuatan mesum, bioskop yang menayangkan
adegan ranjang dan hubungan sek, dan situs-situs porno yang marak merebak,
membaur bahkan menjamur ditengah masyarakat bahkan membudaya seolah-olah telah
mendarah daging pada masyarakat kita terutama para remaja bahkan hadirin
akhir-akhir ini kita dikagetkan dengan munculnya majalah play boy yag menjajah
pikiran manusia, sehingga yang terlihat hanyalah pikiran-pikiran jorok dan
hasrat terlarang.
Bahkan akibatnya budaya barat yang disebarkan media cetak dan elektronika
membuat para pemuda semakin terpuruk, sebagai contoh: tidak sedikit anak-anak
muda kita yang terjerumus kedalam mabuk-mabukan, tenggak wiski, brendy,
sampeng, bluange, matine, radikao, mensen, KTI, bir, tidak sedikit anak-anak
muda kita mati diujung lidahnya ganja, morfin, ganja, morfin
Merintih memohon, memanggil ganja dan morfin sampai mati, tanpa iman dan
banyak remaja kita akibat mengkomsumsi minuman keras dan narkoba kini tinggal
menunggu lonceng kematian. Bahkan para pemuda kita terbiasa dengan budaya mesum
seks, protitusi, porno aksi, dan pornografi dan seolah-olah menganggap God is
Died, Tuhan telah mati. Na’uzubillahhimin dzalik…..
Lalu bagaimanakah sikap kita dalam menghadapi persoalan tersebut? Sebagai
jawabannya kita renungkan firman Allah swt dalam al-Qur’an surat Ali
Imron ayat 104 :
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. ali-Imran : 104)
HADIRIN YANG BERBAHAGIA
Imam Ali Ash Shabuni dalam Shafawatut Tafasir menjelaskan ayat tadi
:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar
Dengan demikian, orang yang mampu menjaga, melestarikan dan menjunjung
tinggi harakat kemanusiaan adalah yang memiliki Iman dan amal Shaleh, fungsi
dari mengimbangi otoritas intelektual. Sebab hadirin, walaupun kita ber otak
cerdas, berwawasan luas, tetapi kita tidak berhati emas, apalagi jika keimanan
lepas, kita hanya tumbuh menjadi manusia hina, biadab, brutal, tidak bermoral,
berakhlak bejat bahkan bisa lebih jahat dan lebih bejat dari binatang.
Murtadha Muthahhari mengatakan, IPTEK yang ada pada orang yang tak beriman
bagaikan sebuah pisau ditangan orang gila, dia bisa menebaskan kemana dia mau.
Maka orang yang beriman tapi tak beriman bisa membunuh, menipu, merampok dan
meracuni otak-otak kita.
Sebaliknya, bila IPTEK digenggam oleh orang beriman, kami yakin akan
membawa kemaslahatan bukan kemudharatan, membawa kesejahtraan bukan
kesengsaraan. Membawa kemajuan bukan kehancuran, membawa ketentraman bukan
kekacauan.
Jikalau hal tersebut ysng kita aflikasikan insya allah media cetak dan
elektronika yang mengabaikan nilai-nilai etik dan yang menyebarkan
budaya-budaya barat jahiliyyah sedikit demi sedikit akan tergeser dan tergusur
dan akan lahir media cetak dan elektronika yang siap merespon dan mengelola
derasnya arus informasi untuk membentuk wadah akhlakul karimah dan
menjunjung tinggi kebudayaan Islam.
Dari uraian tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa saat ini penggunaan
media cetak dan elektronika mulai mengabaikan nilai-nilai etika. Untuk
menghadapi persoalan tersebut umat Islam membutuhkan sumber daya insan yang
siap menjadi sumber sifat kebaikan untuk mengelola informasi menjadi maslahat
dan manfaat dalam kehidupan individu, keluarga, nusa dan bangsa, serta umat
manusia. Semoga Allah swt memberkati setiap usaha dan upaya kita semua. Amin
ya Robbal ‘Alamin
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan ada manfaatnya….
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
KEPEMIMPINAN RASULULLAH
SAW, TELADAN MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي بعث فى الأمين رسولا الصلاة والسلام على سيدنا محمد احسن الناس
قولا وفعلا وعلى اله وصحبه ومن تبعه فى الهدى واقتدى اخلاقا جزيلا – اما بعد
Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Michael Hart, seorang kolumnis Amerika menulis dengan judul The
One Hundred Ranking of Most Influenting Person in History, artinya seratus
tokoh besar yang paling berpengaruh sepanjang sejarah peradaban manusia.
Termasuk di dalamnya ada Adolf Hitler pencetus gerakan NAZI Jerman, Mahatma
Gandhi pencetus gerakan Satya Graha India, Julius Ceasar pencetus Vini Vidi
Vici dan tokoh-tokoh besar lainnya. Ternyata dari sederetan tokoh tersebut,
Michael Hart menempatkan baginda Rasulullah Muhammad SAW pada urutan pertama
sebagai Tokoh yang sangat berpengaruh di dunia. Sehingga kebesaran beliau
diabadikan di dalam Encyclopedia Brittanica sebagai The Most Succesful of
all Prophets and all Religious Personalities sebagai pemimpin yang paling
sukses diantara para Nabi, para pemimpin Agama, dan para pemimpin lainnya dalam
membangun peradaban manusia sedunia.hadirin melihat betapa pentingnya
meneladani sikap dan sifat nabi Muhammad tersebut, khususnya dalam membentuk
masyarakat madani maka “KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW, TELADAN MEMBANGUN
MASYARAKAT MADANI” adalah tema yang akan kita bicarakan pada
kesempatan kali ini, dengan landasan QS. Al-Jum’ah ayat 2 :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ
ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ
كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Artinya : “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Hadirin Rohimakumullah,
Menurut Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asqori dalam Zubdat at-Tafsir Min Fath
al-Qodir, ( الأمين ) maksudnya kondisi bangsa arab yang sebagian besar bukan saja
tidak mampu membaca dan menulis tapi tenggelam ke dalam kehidupan jahilyah
secara total. Kebobrokan moral merajalela. Dalam bidang social marak
mabuk-mabukan. Dalam bidang pemerintah., etnis dan golongan yang dikedepankan.
Dalam bidang hukum muncul law of jungle to be politely of people, hukum
rimba menjadi peradaban.Orang kaya memangsa yang miskin. Orang pintar memangsa
yang bodoh. Orang kuat menghantam yang lemah. Bahkan yang paling mengerikan
martabat wanita di injak-injak, sehingga setiap lahir bayi wanita dikubur
hidup-hidup tak peduli terdengar jerit, pekik tangis bayi didalam tanah.
Na’udzubillah min dzalik.
Dalam kondisi seperti itu Rasul tampil sebagai sosok yang diwarisi dengan
jiwa kepemimpinan, mengemban empat misi utama:
Pertama, misi Tilawah ( يتلوا عليهم أيته )
membaca ayat-ayat Allah, baik ayat Qur’aniyah maupun ayat Kauniyah, alam buana
ini. Kedua, ( ويزكيهم ) Misi
tazkiyah
membersihkan segala bentuk kekufuran. Ketiga, misi Ta’lim ( ويعلمهم الكتاب )
mengajarkan al-Qur’an sebagai pedoman reformasi sebab al-Qur’an is the only
thing that can lead man to happiness, al-Qur’an adalah satu-satunya buku
petunjuk hidup yang mampu menghantarkan manusia menuju kebahagiaan. Demikian
menurut Napoleon, seorang oreantalis berkebangsaan Prancis. Keempat,
( الحكمة )
menampilkan sunnah.
Hadirin yang berbahagia,
Keempat unsur tersebut merupakan strategi pembangunan Rasulullah saw yang
terbukti berhasil membentuk dan membangun peradaban manusia sedunia. Namun lain
halnya dengan gerakan pembangunan di Negara kita, konsepnya setinggi langit,
gaungnya menggema kemana-mana tapi hasilnya entah kemana. Kenapa? Ini
disebabkan krisis figur. Di era reformasi ini bukan figur-figur pembangun
sejati yang muncul, tetapi yang menjamur adalah oknum-oknum pemimpin yang haus
kursi, haus pangkat, jabatan dan popularitas. Karena kalau pembangunan
kehilangan figur tak ubah laksana anak ayam yang kehilangan induknya. Tak tahu
arah kemana ia harus melangkah. Instruksi yang dicita-citakan tapi destruksi
yang dirasakan. Pembangunan tinggal landas yang dicita-citakan tapi tinggal
kandas yang dirasakan. Pembangunan Nasional yang dicita-citakan tapi
penderitaan Nasional yang dirasakan. Akhirnya tetap berada dalam Justifikasi
Allah, لفى ضلال مبين tetap dalam kesesatan dan krisis Nasional multi dimensional.
Hadirin dalam kondisi seperti ini tidak satu figur pun yang harus kita tiru
dalam merealisasikan pembangunana masyarakat madani kecuali baginda Rasulullah
Muhammad saw.
Abu A’la al-Maududi dalam The Prophet Islam mengatakan “ He is the only
one example where all excellences have been blanded in one personality “,
nabi Muhammad adalah satu-satunya contoh terlengkap semua keunggulan terkumpul
dalam diri seorang pribadi. Demikian pula hadirin kebesaran beliau dibuktikan
oleh sejarah, beliau hidup dalam keadaan miskin, Allah menawarkan berbagai
kesenangan material, harta, tahta, wanita bahkan jabal uhud siap jadi emas.
Beliau menjawab :
اذا يا رب لا ارضى لو احد من امتى فى النار
kalau demikian ya Allah, apapun yang engkau berikan tidak ada satu pun yang
menyenangkan hatiku, kalau satu saja ummatku yang masuk neraka.
Allahu Akbar. Hadirin, ini bukti sikap pemimpin sejati yang beroreantasikan ummat
sebagaimana kaedah mengatakan :
المصلحة العامة مقدم على المصلحة الخاصة
Kepentingan umum lebih diprioritaskan diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
Tapi sebaliknya kalau pemimpin yang hanya mengatasnamakan rakyat namun
tidak berorientasikan rakyat, di depan rakyat dia menyanyikan janji-janji
manis, mendendangkan lagu-lagu mesra. Tapi di belakang rakyat dia tidak
segan-segan mencekik dan menghisap darah rakyat. Akibatnya, kita lihat Rumania,
ketika dipimpin oleh Nicoulas Susesco pemimpinnya poya-poya tapi rakyatnya
sengsara, Iran ketika dipimpin oleh Reza Pahlepi pemimpinnya megah, rakyatnya susah,
Prancis ketika dipimpin Louis 16 dan Ratu Maria Antonate pemimpinnya makmur
rakyatnya hancur tersungkur, demikian pula Orde Baru pemimpinnya paling rendah
naik BMW rakyatnya paling mewah naik BMM alias Bemo. Timbul pertanyaan,
bagaimana sikap beliau dalam membangun peradaban masyarakat madani ? untuk
mengetahui jawabannya kita renungkan firman Allah dalam QS. Ali Imron ayat 159
:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ
الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya : ‘Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Hadirin Rahimakumullah,
Pada ayat tersebut terdapat lima akhlak pemimpin yang di contohkan
Rasulullah Muhammad SAW.
1.
لنت لهم dengan
lemah lembut dapat menunjukan keluhuran budi, bisa menarik simpati lawan,
membuat segan begi semua lawan.
2.
Sifat rosul tidak
bengis dan tidak berlaku kasar karena pemimpin yang berjiwa kotor niscaya akan
dictator.
3.
فاعف عنهم pemaaf,
واستغفر لهم yakni
mudah untuk memberi ampunan bagi orang-orang yang bersalah.
4.
وشاورهم فى الأمر Rosul sangat
senang bermusyawarah, tidak otoriter dan siap dikeritik ketika keliru.
5.
Beliau memiliki
komitmen فإذا عزمت فتوكل على الله setelah memantapkan planning dalam suatu kegiatan,
lalu bertawakal kepada Allah.
Itulah hadirin sikap dan sifat yang rosul miliki dalam menciptakan
peradaban manusia. Dengan demikian pembangunan di Negara kita ini hanya akan
bergulir dengan baik, jika dalam mekanisme pembangunannya mencontoh kepribadian
rosululloh Muhammad saw. Dan orang yang dapat mencontoh beliau hanyalah
orang-orang yang beriman. Semoga kita sebagai rakyat Indonesia dapat segera
menyempurnakan iman kita sehingga berhasilah kita dalam membentuk dan membangun
Negara ini menuju masyarakat madani. Amin ya robbal alamin.
Itulah yang dapat saya sampaikan,
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
JIHAD DALAM MEMBANGUN
PERSAUDARAAN
السلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته
الحمد لله الذى امرنا بالجهاد فى سبيل الله و ترك الهوى . اشهد ان لا إله إلا
الله رب العرش استوى و اشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله المصطفى صلواة الله وسلامه
عليه {اما بعد}
DEWAN HAKIM YANG ‘ARIF DAN BIJAKSANA
HADIRIN YANG BERBAHAGIA
Masih ada dalam ingatan kita, tragedi 11 September 2001 di mana pusat
ekonomi dunia yang terbangun di menara kembar World Trade Center New York
Amerika Serikat, hancur lebur di hantam oleh dua pesawat komersil yang dibajak
oleh sekelompok orang yang kemudian dikenal sebagai musuh dunia, yakni
al-Qaeda.
Terdapat dua dampak pasca tragedi tersebut. Pertama, dunia mulai melihat
keadaan Islam di negara-negara jajahan Eropa yang terus tertindas, dirampas
sumber daya alamnya, hingga saat ini, hendaknya perlu dilakukan pendekatan
ulang tanpa tindakan militer. Namun hasilnya, mereka hingga saat ini tetap tertindas.
Yang kedua, dunia saat ini melihat gelagat buruk dari penyebaran Islam yang
begitu pesat di Eropa, sehingga inilah saatnya untuk mempropaganda dan mengadu
domba umat Islam dengan menggolongkan umat Islam kepada dua kelompok, yakni
Islam Radikal sebagai basic terorisme dunia, dan Islam Moderat sebagai sahabat
mereka.
Hadirin, kedua dampak ini menyebar ke seluruh daerah di tanah Indonesia.
Bahkan tidak begitu lama dari kasus WTC, Bali sebagai pusat wisata Indonesia,
dibom oleh mereka yang mengaku sebagai para mujahid Islam. Lalu apakah Islam
telah mengajarkan tentang jihad sebagai sebuah penindasan dan teror? ataukah
sesungguhnya Jihad dapat menjadi sarana untuk membangun persaudaran? Oleh
karenanya, “JIHAD DALAM MEMBANGUN PERSUADARAAN” adalah tema yang akan
kita bahas dalam kesempatan kali ini. Dengan redaksi awal, firman Allah swt
surat at-Taubah ayat 41:
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَ أَ نْفُسِكُمْ
فِي سَبِيلِ اللهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ {41}
Artinya : “Berangkatlah baik dalam keadaan ringan ataupun berat, dan
berjihadlah dengan harta kamu dan diri kamu dijalan Allah. Yang demikian itu
adalah lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.”
HADIRIN MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAKHIMAKUMULLAH..
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Tafsir al-Mishbah
menjelaskan bahwa pada hakikatnya perintah untuk berperang sebagai salah satu
makna jihad di dalam ayat tersebut, tidaklah dibutuhkan oleh Allah dan tidak
juga oleh Rasul-Nya Muhammad saw, karena sesungguhnya Allah telah membela dan
mendukung umat Islam ketika ia sendiri ataupun berdua. Namun, jika kita
mengetahui betapa banyak sisi kebajikan yang disiapkan oleh Allah bagi mereka
yang berjihad dan taat kepada Allah, tentulah umat Islam akan melaksanakan
perintah tersebut. Hal ini jika ditinjau dari bebagai aspek duniawi dan ukhrawi
sebagaimana difahami dari bentuk nakirah atau indifinitif kata ( خير) di dalam ayat tersebut.
Dampak positif yang membawa kebaikan dan kebajikan melalui jihad sesungguhnya
selaras dengan dakwah dan jihad para ulama penyebar Islam di tanah nusantara
ini. Abdurrahman Mas’ud menjelaskan, bahwa Islam Indonesia memiliki dua model
yang saling mengikat, yakni model universal dan dan model domestik. Model
universal adalah model yang menyatukan dunia Islam dibawah kepemimpinan dan
uswatun hasanah Muhammad Rasulullah saw, sementara model domestik yang
menjadikan Muslim Indonesia unik adalah mereka yang bermakmum dari model-model
Walisongo. Mereka adalah wali sembilan yang namanya demikian populer telah
berhasil merubah Nusantara Hindu-Budha ke dalam agama Islam dengan penuh
kedamain di abad 15-16. Dengan demikian ungkapan yang menyatakan bahwa ajaran
Islam pada abad ke-18 dan ke-19 berada dibawah bayang-bayang Walisongo tidaklah
berlebih-lebihan. Bahkan selama hampir lima abad setelah periode Walisongo,
pengaruh mereka tetap terlihat dan terasa jelas hingga kini.
Lalu muncul sebuah pertanyaan, apakah model Islam yang menggerakkan jihad
sebagai sarana irhab ataupun terorisme merupakan model jihad di
Indonesia? Tentulah tidak. Islam Indonesia di bangun dengan model toleransi
terhadap produk-produk lokal budaya yang ada. Islam Indonesia tidak memberantas
tempat-tempat Ibadah yang berbeda dengan Islam. Bahkan begitu banyak masjid-masjid
di Indonesia yang dibangun dengan model budaya mereka dan jauh dari model tanah
Arab.
Namun saat ini yang terjadi adalah, begitu banyak para pendakwah baru yang
seringkali membajak Islam demi hawa nafsunya untuk menguasai seseorang ataupun
sekelompok orang. Pantas jika Rasulullah saw dulu pernah menasehati para
sahabat melalui sabdanya:
رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر . قالوا : وما الجهاد الأكبر
؟ قال : مُجاهدة العبد هَواه {رواه البيهقي}
Artinya : “Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar.
Para sahabat bertanya ; apakah itu jihad yang besar ? Rasul menjawab ; seorang
hamba berjihad melawan hawa nafsunya.” [HR. al-Baihaqi]
HADIRIN MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAKHIMAKUMULLAH..
Inilah yang terjadi saat ini, jihad tidak lagi memberikan dampak positif
kepada semua orang berupa kemaslahatan dan kebaikan kepada setiap orang,
melainkan karena nafsu al-hawa’ yang dikedepankan. Padahal Rasulullah
Muhammad saw diutus kemuka bumi ini adalah sebagai pembawa Rahmat Allah kepada
seluruh makhluk di muka bumi ini, ( وما ارسلنك إلا
رحمة للعالمين). Untuk itu, marilah kita jadikan Jihad di Indonesia ini jihad
yang dapat menciptakan persaudaraan, sebagaimana yang dilakukan oleh para
pendahulu kita, penyebar Islam di tanah Nusantara. Bukan seperti yang dilakukan
oleh para pembajak Islam, yang membesarkan nama Islam melalui tindakan teror
terhadap orang-orang yang berbeda dengan mereka.
Lalu, bagaimanakah cara kita untuk membangun persaudaraan antar sesama umat
Islam, dalam memaknai perbedaan terhadap teks-teks Jihad? untuk itu, marilah
kita simak bersama firman Allah swt di dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 10
:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَ يْكُمْ
وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ {10}
Artinya: ““Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah (bagaikan) bersaudara
karena itu damaikanlah antar kedua saudara kamu dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat.”
DEWAN HAKIM YANG ‘ARIF DAN BIJAKSANA
HADIRIN YANG KAMI BANGGAKAN
Mengenai ayat ini, Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa penggunaan
kata (إِنَّمَا) innama
dalam konteks penjelasan tentang persaudaraan antara sesama mukmin ini,
mengisyaratkan bahwa sebenarnya semua pihak telah mengetahui secara pasti bahwa
kaum beriman bersaudara, sehingga semestinya tidak terjadi dari pihak mana pun
hal-hal yang mengganggu persaudaraan itu. Adapun kata (إِخْوَةٌ) ikhwah mengisyaratkan bahwa
persaudaraan yang terjalin antara sesama muslim, adalah persaudaraan yang
dasarnya berganda. Sekali atas dasar persamaan iman, dan kali kedua adalah
persauadaraan seketurunan, walaupun yang kedua ini bukan dalam pengertian
hakiki. Dengan demikian tidak ada lagi alasan untuk kita memutuskan hubungan
persaudaraan antar sesama muslim. Lebih-lebih jikalau antar individu masih
direkat oleh persaudaraan sebangsa, secita-cita, sebahasa, senasib dan
sepenanggungan.
Thabathaba’i menulis, hendaknya kita menyadari firman Allah swt yang
menyatakan bahwa : “sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara”
merupakan ketetapan syariat berkaitan dengan persudaraan antara orang-orang
mukmin dan yang mengakibatkan dampak keagamaan serta hak-hak yang ditetapkan
oleh agama.
Adapun kata (أَخَوَيْكُمْ)
akhawaikum adalah bentuk dual dari kata (أخ)
akh. Penggunaan bentuk dual disini untuk mengisyaratkan bahwa jangankan
banyak orang, dua pun, jika mereka berselisih harus diupayakan ishlah
antar mereka, sehingga persaudaraan dan hubungan harmonis mereka terjalin
kembali.
Dengan demikian, ayat di atas mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa
persatuan dan kesatuan, serta hubungan harmonis antar anggota masyarakat kecil
atau besar, akan melahirkan limpahan rahmat bagi mereka semua. Sebaliknya,
perpecahan dan keretakan hubungan akan mengundang lahirnya bencana buat mereka,
yang pada puncaknya dapat, melahirkan pertumpahan darah dan perang saudara.
Akhirnya, melalui ajang musabaqah ini, kami menghimbau kepada seluruh umat
Islam, marilah kita bersama-sama terus berjihad di jalan Allah dengan penuh
keramahan dengan cara menghormati local wisdom bangsa ini, sehingga
jihad dapat menciptakan persaudaraan yang kuat antar sesama umat Islam.
Wahai saudara-saudaraku orang jawa “kito sedoyo sederek”, wahai
saudara-saudaraku orang betawi “kite
semuanye besodare”, wahai
saudara-saudaraku orang lampung “kham semuaghian”, wahai
saudara-saudaraku orang madura “taretan-taretan sadeje sampean kabi sadajena
satareta”, wahai saudara-saudaraku orang aceh “gutanyo bandum masudara
berme pake-pake”, wahai saudara-saudaraku papua irian jaya “ipar-ipar
katorang samua basudara”, wahai saudara-saudaraku keturunan tyong hoa “tha
cia thu she icajin banya cincaila”, wahai saudara-saudaraku orang India “ham
seb bai bhai kuo mahabathe”. Kita tingkatkan ukhuwah basyariyah, ukhwah
wathoniyah dan ukhuwah Islamyyah demi mendapatkan rahmat Allah swt, Amin ya
Rabbal ‘Alamin……
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
EKONOMI SYARIAH PENDORONGPENGUATAN EKONOMI UMAT
السلام عليكم ورحمة الله وبر كا
ته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على اشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا
محمد وعلى آله وصحبه أجمعين {أما بعد}
Hadirin yang kami hormati.
Dunia semakin cantik dan molek, dihiasi dengan perkembangan sains dan
teknologi yang semakin canggih dan menarik. Akan tetapi
permasalahan-permasalahan di setiap lini kehidupan termasuk didalamnya masalah
kemiskinan, telah membuat otak ruwet, mumet dan jelimet. Bukankah karena miskin
seseorang tidak dapat meneruskan pendidikannya maka ia menjadi bodoh? Bukankah
karena miskin seseorang tidak dapat melihat dan mendengarkan berita-berita
terkini (headline news) maka ia menjadi terbelakang? Bukankah karena miskin
seseorang dapat menjual akidahnya maka ia menjadi kufur?
Masalah ini terus dan terus berputar bagaikan lingkaran setan yang
seolah-olah tidak ada pemacahannya, padahal Islam telah memberikan solusi
kongkrit, dengan cara “Ekonomi Syariah Pendorong Penguatan Ekonomi Rakyat”,
sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah di dalam al-Qur’an surat
Al-Baqarah ayat 275 :
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي
يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا
الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ
جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى
اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ {275}
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Hadirin Rohimakumullah.
Firman Allah yang baru kita simak bersama mengisyaratkan agar kita umat
Islam memiliki ekonomi yang kuat. Mari kita kaji secara mendalam. Imam Ibnu
Katsir di dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir jilid ke-3 menyebutkan, bahwa sebab
diturunkannya ayat ini berawal dari sebuah pertanyaan Sa’ad bin Abi Waqash
kepada Saidina Muhammad Rasulullah SAW. “ wahai Rasulullah aku memiliki harta
yang banyak akan tetapi pewarisku hanya satu orang anak, maka bolehkah jika aku
bersedekah dua pertiganya? Rasul menjawab : “tidak boleh”. Bolehkah jika
seperduanya? Rasul menjawab : “ tidak boleh”. Bagaimana jika sepertiganya?
Rasul menjawab : “ tidak boleh “ seraya melanjutkan perkataannya :
إنك إن تذر ورثتك الأغنياء خير من أن تذرهم عالة يتكففون الناس
“ sungguh aku mengharapkan jika engkau dapat warisi keturunan yang kaya dan
berharta dan itulah yang terbaik dari pada engkau mewarisi keturunan yang lemah
lagi papa serta hanya mengharapkan belas kasih orang lain “
Kisah ini menjelaskan kepada kita bahwasanya Islam menginginkan agar setiap
orangtua dapat meninggalkan generasi penerus mereka dalam keadaaan yang kuat
fisik, kuat mental, dan kuat perekonomiannya.
Syekh Mustofa al-Maroghi menafsirkan kalimat “khoofu ‘alaihim”,
sebagai suatu kekhawatiran jikalau anak-anak hidup terlantar dan tersia-sia,
kenapa demikian? Karena telah diketahui bersama bahwa tolak ukur sejahtera tidak
sejahteranya seseorang, makmur tidak makmurnya seseorang dilihat dari keadaan
ekonominya, apabila ekonominya baik, maka apa yang menjadi hajat hidupnya akan
mudah untuk didapatkan, akan tetapi jikalau ekonominya buruk maka secara pasti
apa yang menjadi hajat hidupnya akan sulit untuk terpenuhi.
Hadirin Rohimakumullah.
Dalam dunia ekonomi kita mengenal adanya tiga buah sistem ekonomi. Pertama,
sistem ekonomi sosialis dimana pemerintah secara mutlak mengurus dan mengelola
sistem perekonomian mereka. Kedua, sistem ekonomi kapitalis
dimana setiap individu, setiap wirausahawan berhak untuk mengelola serta
mengurus keadaan perekonomian mereka, sistem ekonomi inilah yang telah membuat
jarak yang sangat antara yang kaya dengan yang miskin dan juga telah mengakibatkan
yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin (the rich richer and
the poor poorer). Ketiga, sistem ekonomi Islam dimana dalam
sistem ini yang di angkat kepermukaan adalah niali-nilai ukhuwah dan
nilai-nilai kebersamaan, dengan artian bahwa setiap orang harus saling tolong
menolong, yang kaya menolong yang miskin, yang kuat menolong yang lemah, tidak
ada jarak diantara mereka bahkan mereka merasa bahwa mereka bagaikan satu
kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Dari penjelasan ini maka timbullah sebuah pertanyaan, bagaimanakah teknis
untuk merealisasikan prinsip ini? Sebagai jawabannya mari kita renungkan firman
Allah dalam surat adz-dzariyat ayat : 19
وَ فِى اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ للِسَّا ئِلِ وَ الْمَحْرُ وْمِ { الذاريات
: 19}
Artinya : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian”.
Hadirin dan hadirat yang kami hormati.
Firman Allah pada ayat ini dengan tegas dan jelas mengisyaratkan kepada
kita bahwa pemberdayaan ekonomi diproyeksikan demi kesejahtraan bersama. Islam
menolak keras sistem ekonomi dalam bentuk monopoli, oligopoli dan ekonomi yang
diorientasikan hanya untuk kepentingan pribadi. Prinsip ini harus kita
aplikasikan di negara kita jikalau kita menginginkan negara kita menjadi
negara yang maju dan damai. Apalagi jikalau kita perhatikan di negara kita
Indonesia ini, masih terdapat 37,5 juta jiwa umat manusia yang berada dibawah
garis kemiskinan, lalu berapa banyakkah ummat Islamnya ? ternyata setelah
diteliti oleh lembaga peneiliti di Indonesia, terdapat lebih dari 30 juta jiwa
umat Islam yang berada dibawah garis kemiskinan. Sebuah pertanyaan besar yang
ada pada pikiran kita semua, mengapa umat Islam lebih banyak tenggelam dalam
kemiskinan ?
Menurut KH Zarkasih, pertama. Banyak diantara kita yang hanya
berorientasi pada keakheratan saja. Mereka memiliki pemahaman yang sempit
terhadap hadits Nabi Muhammad SAW ”ad-dunya jiifah” dunia ini adalah
bangkai yang menjijikkan. Dan “ad-dunya sijnul mukminin” dunia adalah
penjara bagi umat Islam, pemahaman uang sempit terhadap kedua hadits ini
mengakibatkan pemasalahan-permasalahan duniawi ditinggalkan dan Islam pada
akhirnya identik dengan masalah kemiskinan.
Kedua.Kemunduran ekonomi umat
Islam disebabkan dalam melaksanakan kegiatan ekonomi mayoritas umat Islam masih
berpikir dengan corak agraris dan kolot. Padahal saat ini dunia bisnis
membutuhkan orang-orang yang kreatif dan siap untuk saling berkompetisi dengan
yang lainnya.
Hadirin dan hadirat yang kami hormati.
Bagaimanakah konsepsi Islam dalam perekonomian. Mari kita simak bersama
firman Allah dalam surat an-nisa ayat 29 :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ
الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ
لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ {9} فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا
فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ {10}
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
sembahyang pada hari Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui (9) Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung (10)”.
Hadirin rahimakumullah.
Syekh Mustafa al-Maraghi dalam tafisir al-Maraghi menyatakan, bahwa
halalnya perniagaan, transaksi jual beli jika terjadi saling meridhoi antara
keduanya, sebaliknya Islam sangat mengharamkan adanya penipuan, pendustaan dan
pemalsuan barang. Hal ini menunjukkan bahwa ayat ini merupakan dasar dari
sebuah sistem ekonomi Islam, dan ayat ini pula merupakan himbauan pada
kita semua agar tidak mencari keuntungan dengan cara menghisap darah orang
lain yakni riba.
Berdasarkan prinsip ini maka dapat dipahami bahwa ekonomi Islam adalah
ekonomi mu’awanah, terdapat didalamnya sistem ekonomi mudharabah,
murabahah, musyarakah, dan di negara kita alhamdulillah setidaknya telah
melaksanakan prinsip ini seperti adanya bank-bank syari’ah. Oleh sebab itu,
untuk menopang prinsip ini Rasulullah SAW bersabda :
من كان له مال فليتصدق بماله ومن كان له قوة فليتصدق بقوته ومن كان له علم
فليتصدق بعلمه
“ siapa yang memiliki harta maka bersedekahlah dengan hartanya, siapa yang
memiliki kekuasaan maka bersedekahlah dengan kekuasaannya, siapa yang memiliki
ilmu maka bersedekahlah dengan ilmunya “.
Dengan demikian pada akhirnya kami mengajak pada seluruh umat Islam untuk
bersama-sama mengaplikasikan sistem perekonomian Islam, yakni dengan cara
pemberdayaan ekonomi umat, maka secara tidak langsung segala bentuk kebodohan,
keterbelakangan, dan kekufuran akan hilang dengan sendirinya.
Untuk itu marilah kita berdoa kepada Allah semoga kita diberikan kemudahan
dalam aktivitas kita. Amin ya Robbal ‘alamin.
والسلا م عليكم ورحمة الله وبركاته
ZAKAT, INFAQ DAN
SHODAQOH SOLUSI PEMBERANTASAN KEMISKINAN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي امرنا أن نهتم الفقراء والمساكين الصلاة والسلام على سيدنا
محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلى اله وصحبه اجمعين اما بعد
Hadirin Rahimakumullah
Pada umumnya ada tiga konsep yang berkaitan dengan pemanfaatan harta benda.
Pertama, komunis dengan prinsip mengutamakan kepentingan masyarakat di atas
kepentingan individu, tiap-tiap individu tidak memiliki kemerdekaan dan hak
kepemilikan sehingga menguntungkan si miskin namun kerugikan bagi si kaya.
Kedua, kapitalisme dengan prinsip menitik beratkan kepentingan individu di atas
kepentingan masyarakat, akibatnya lahir “the rich richer and the poor poorer”.
Yang kaya semakin, kaya dan yang miskin semakin miskin:
القوي يأكل الضعيف والعالم يأكل الجاهل
Yang kuat memakan yang lemah, yang pintar memakan yang bodoh. Homo
homoni lupus to be polity in society, penghisapan manusia terhadap manusia
menjadi peradaban. Hadirin hanya membawa derita dan untaian air mata bagi kaum dhu’afa.
Dalam polemic tersebut muncul konsep Islam dengan unsur keseimbangan dalam
pemberdayaan:
كي لا يكون دولة بين الأغنياء منكم
Agar harta kekayaan tidak hanya bergulir di antara orang-orag kaya di
antara kamu sekalian.
Tapi dirasakan pula oleh kaum dhu’afa. Prinsip tersebut diantaranya
diaplikasikan melalui pelaksanaan zakat, wakaf dan infaq. Karena ituntasan
itulah Zakat, Infaq, dan shodaqoh solusi pemberantasan kemiskinan “ adalah tema
yang akan kita uraikan pada kesempatan kali ini. Dengan landasan surah
At-Taubah ayat 103:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ
عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿١٠٣﴾
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka.
Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Hadirin Ma’asyral Muslimin Rakhimakumullah…
Hadirin Imam Ibnu Jarir mengatakan ayat tersebut diturunkan berkenaan
dengan permintaan Abu Lubabah beserta kedua temannya kepada Rasulullah Muhammad
SAW seraya berkata: “Ya Rasulullah, ini harta benda kami sedekahkanlah atas
nama kami dan mintakanlah ampunan bagi kami!”. Rasul menjawab: “Aku tidak
diperintah Allah untuk menerima harta sedikitpun”. Berkenaan dengan hal
tersebut, turunlah perintah Allah untuk menerimanya sebagaimana terangkai dalam
surah At-Taubah ayat 103 tadi terutama pada kalimat خُذْ
مِنْ أَمْوَالِهِمْ Kalau kita kaji lebih dalam kalimat خُذْ disamping menunjukkan sighat Amr juga mengisyaratkan
agar dibentuk lembaga pengelola zakat, wakaf dan infaq yang professional dan
proporsional. Kenapa demikian? Pertama, karena sadar membayar zakat itu
hanya sedikit. Kedua, mengisyaratkan agar amilin memiliki
manajemen yang bagus. Masa orde baru terbukti karena amilin tidak
professional akhirnya zakat bukan mensejahterakan rakyat tapi zakat menjadi
jaket.
Hadiri, apa hikmah zakat bagi seorang muzakki? Ayat tadi menjelaskan : Pertama,
Tathir تطهرهم untuk membersihkan harta
dari hak-hak fakir miskin, orang yang tak berharta, orang yang terbaring di
pinggir-pinggir jalan yang tiap hari merasakan pekik getirnya kehidupan, hanya
isak tangis yang ia rasakan. Kedua, وتزكيهم membersihkan
dari penyakit rakus, tamak, dan serakah. Penyakit ini hadirin yang harus kita
bersihkan, sebab jika kehidupan manusia dilanda penyakit ini maka akan lahir
hartawan berjiwa Qarun, pengusaha bermental Sa’labah, penguasa berotak Fir’aun,
fungsinya bukan pelindung rakyat tapi pemeras, penindas, bahkan perampas
hak-hak rakyat. Fungsi yang ketiga, Taskin سكن
لهم maksudnya dengan zakat, wakaf, dan infaq jiwa akan tenang, hati
senang walaupun banyak uang. Amin ya rabbal ‘alamin.
Tapi sebaliknya, jika para aghniya’, para konglemerat enggan
membayar zakat, enggan untuk wakaf, dan enggan berinfak maka suatu negara bisa
kiamat, walau gedung bertingkat, walau mobil makin mengkilat, dijamin rakyat
sulit berdaulat apalagi jikalau pejabat sudah jadi penjahat, menyikat uang
rakyat, jelas bangsa bisa kiamat. Na’udzubillah mindzalik. Padahal
Rasulullah saw telah mengancam :
ليس المؤمن الذى يشبع وجاره جائع إلى جنبه
“Bukan termasuk orang mukmin, orang yang hidupnya kenyang sendirian
sementara tetangganya hidup dalam kelaparan”
Dengan demikian, orang kaya yang tidak peduli dengan nasib kaum dhu’afa,
konglomerat yang acuh terhadap kaum melarat, pejabat yang apriori terhadap
nasib rakyat, bukan saja mencerminkan orang yang jahat, tetapi mencerminkan
orang yang tidak beriman dan orang seperti ini harus minggir dari Negara kita
tercinta ini. Sebab Negara kita Indonesi akan jaya apabila dipimpin oleh
orang-orang yang peduli dengan nasib kaum dhu’afa.
Oleh karena itu hadirin, semangat zakat, wakaf dan infak wajib kita
aplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Timbul pertanyaan, kepada
siapa zakat itu diberikan? Sebagai jabannya kita renungkan firman Allah swt
dalam al-Qur’an Surat al-Taubah ayat : 60
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Hadirin Rakhimakumullah….
Ayat tersebut diawali dengan إنما dalam
ilmu balaghah merupakan اداة القصر yang
berfungsi untuk mensfesifikasikan. Ayat tersebut merupakan deskripsi Allah swt
tentang skala prioritas penerima harta zakat, yaitu الفقراء
والمساكين orang-orang fakir dan miskin. Lalu bagaimanakah kaitannya
dengan kondisi Bangsa kita saat ini? Prof. Sukirman melaporkan 23 juta lebih
penduduk indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, apalagi setelah terjadinya
krisis moneter, marak korban PHK, sulit mencari lapangan kerja, kemiskinan
semakin membengkak. Akibatnya kemiskinan ini كاد الفقر
أن يكون الكفرا dampak langsungnya adalah dapat menyebabkan kekufuran,
akibatnya adalah kemiskinan. Dr. Ismail Raj’i al-Faruqi, derektur lembaga
pengkajian Islam internasional mengatakan bahwa “ kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan merupakan tiga permasalahan besar yang saat ini, namun diantara
ketiganya kemiskinan merupakan yang paling berbahaya. Sebab kebodohan dan
keterbelakangan itu muncul akibat kemiskinan. Akibatnya, tidak sedikit saudara
kita yang menjual akidah hanya untuk mempertahankan hidupnya. Bahkan akibat
kemiskinan tidak sedikit gadis-gadis kita yang menjual kehormatannya untuk
medapatkan sesuap nasi. Na’udzubillah. Hadirin, menurut Dr. Didin
Hafifudin, MSc, agar kemiskinan tidak bertambah dan bertambah, ada tiga hal
yang harus kita lakukan berkaitan dengan kewajiban zakat. Pertama. Kita
harus mengeluarkan zakat dan memasyarakatkan gerakan sadar zakat. Kedua,
kita harus membentuk lembaga zakat yang professional. Ketiga, kita
harus memberdayakan zakat untuk membangun kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, kita harus menyambut baik usaha pemerintah yang berhasil
membuat Badan Amil Zakat (BAZIS), kita patut mengacungkan jempol dengan usaha
pemerintah yang berhasil membuat peraturan pemerintah No. 34 tahun 99 tentang
pengelolaan zakat. Semoga usaha yang telah dilakukan dapat menyadarkan
masyarakat kita untuk taat mengeluarkan zakat, berwakaf, dan berinfaq sehingga
dapat mengurangi kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat kita. Amin
ya robbal alamin….
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
MENGHADIRKAN ISLAM DI TENGAH
MASYARAKAT MAJEMUK
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي جعل الإنسان خليفة بارسطاة وانواع مختلفة. وبذالك اوجب علينا
اخوة الصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن تبع رسالته {اما بعد}
HADIRIN MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Rasisme dan diskriminisme merupakan paham yang sangat paradok dengan
kemajemukan. Jammes Monrou dengan doktrinnya “American is on America”
telah menganggap bahwa bangsa Amerika paling baik dari bangsa lain. Benneto
Mussolini dengan ajarannya, Fasisme Italia merasa bahwa bangsanya lebih mulia
dari bangsa lain. Hirohito dengan Fasisme Jepangnya mencetuskan bahwa bangsanya
paling pantas memimpin dunia. Alhasil paham-paham tersebut tidak menghargai
kemajemukan. Samuel Eto’o, pemain sepak bola asal Kamerun pun ikut menjadi
salah satu korban rasisme, sehingga jauh-jauh hari Persatuan Sepakbola Eropa
(UEF) mencanangkan program kampanye “Let’s Kick Racism out of Football”.
Dan di Indonesia kita diinggatkan akan kerusuhan Mei 1998, di mana sasaran
utamanya adalah orang-orang Tionghoa, masyarakat secara umum tidak melihatnya
sebagai suatu tindakan biadab. Banyak yang mengutuk, dari luar negeri,
Negara-negara sahabat, lembaga-lembaga PBB maupun lembaga HAM Internasional
mengutuk keras rasial Mei 1998.
Penghargaan dalam Islam tidak berdasarkan ras, suku, keturunan, prestise,
tapi penghargaan dalam Islam berdasarkan amal dan prestasi. Untuk mengetahui
lebih dalam mengenai sikap Islam dan dunia kemajemukan, maka pada kesempatan
ini kita bicarakan “MENGHADIRKAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK ”.
Dengan rujukan surat Al-Hujurat, ayat 13 :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ
اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
HADIRIN MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Menurut ibnu Asy-Syakir dalam kitab Mubhamat bersumber dari abu
bakar bin abu daud, bahwa ayat ini berkenaan dengan keinginan Rasulullah
SAW untuk menikahkan Abi Hindin kepada seorang puteri dari kalangan Baidhah.
Bani Baidhah dengan sinis berkata pada Rasulullah ” ya Rasulullah
pantaskah kami mengawinkan putri-putri kami kepada budak-budak kami ? Rasul
belum sempat menjawab saat itu, jibril datang menyampaikan surat Al-Hujurat
ayat 13 yang diawali dengan يَاأَيُّهَا النَّاسُ,
Menurut Imam Ali Ash-Shabuni dalam Shafwat al-Tafsir beliau menjelaskan
:
أي خطاب لجميع البشر
Artinya : “objeknya adalah seluruh manusia”.
Bahwa manusia baik laki-laki maupun perempuan walau bercorak suku berlainan
bangsa semuanya memiliki harkat dan martabat yang sama di hadapan Allah SWT.
Fungsinya bukan untuk saling menutup diri, melecehkan, menghina, membangga-banggakan
kelompok, suku bangsa, maupun daerah masing-masing. Sebab dengan tegas
Rasulullah SAW bersabda :
ليس منا من دعا على عصبيته وليس منا من مات على عصبيته
Artinya : “Bukan golongan kita, orang yang membangga-banggakan kesukuan dan
bukan golongan kita orang yang mati karena membela, mempertahankan dan
memperjuangkan kesukuan.”
Ini berarti kemajemukan tersebut harus kita jadikan jembatan emas
لِتَعَارَفُوا أي ليحصل بينكم التعارف والتألف
Artinya : “Agar kamu saling mengenal, yakni menjalin komunikasi yang
harmoni dan menebarkan cinta kasih serta kasih sayang yang tiada pandang
sayang.”
Demikian ungkapan Imam Ali Ashobuni dalam Safwat at Tafassir.
HADIRIN WAL HADIRAT RAHIMAKUMULLAH
Timbul pertanyaan, bagaimana sikap kita dalam menyikapi kemajemukan bangsa Indonesia
ini sebagai suatu berkah? Pertama, sebagai umat yang mayoritas mari kita
jalin ukhuwah Islamiyyah di Negara kita ini. Meskipun kita berbeda suku, adat
istiadat, maupun organisasi dan partai pilihan, tapi kalau satu akidah, tidak
boleh saling menghina, memfitnah, mengadu domba, apalagi sampai menumpahkan
darah.
Mengingat pentingnya ukhuwah Islamiyah ini, pantas jikalau Rasulullah SAW
ketika sedang sakit keras, namun beliau bangkit berdiri dan berkata tentang
pertentangan yang terjadi antara kaum Aus dan Khazraj :
ابدا ابدا ابدا الجاهلية من بعد ما جاءتهم البينات وانا احضر بينكم
Artinya : “Apakah kamu akan kembali ke dalam tradisi jahiliyah (berpecah
belah) setelah datang penjelasan-penjelasan dan aku masih hadir di antara
kalian.”
Sikap keras Rasul tersebut hadirin, merupakan realisasi untuk merajut
ukhuwah Islamiyah yang harus kita teladani dalam menyikapi kemajemukan bangsa
kita ini. Karena perpecahan kaum Aus dan Khazraj merupakan symbol bibit
perpecahan internal umat Islam yang saat ini banyak terjadi.
Sebagai bukti, disebabkan perbedaan pendapat masalah furuiyah, berlainan
organisasi yang diperkokoh oleh kepentingan pribadi dan kelompok, lantas pisah
partai, putus silaturrahim, berakhir dengan saling tonjok, saling rampok,
bahkan saling bacok. Na’udzubillah.
Kedua, sebagai warga Negara Indonesia, mari kita wujudkan dan kita pelihara
ukhuwah wathoniyah, dengan cara mengamalkan kembali filsafat momentum sumpah
pemuda yang telah diikrarkan oleh bangsa Indonesia terdahulu, bahwa kita satu
nusa, satu bangsa dan satu bahasa.
HADIRIN WAL HADIRAT RAHIMAKUMULLAH.
Jikalau beberapa upaya langkah-langkah ini sudah kita lakukan,
mudah-mudahan bangsa kita akan menjadi bangsa yang selalu menghargai akan
adanya perbedaan, sehingga bangsa kita akan senantiasa mendapatkan keberkahan
dalam menjalankan pembangunan di Negara kita ini, sebagaimana yang Allah
janjikan dalam surat Al-A’raf ayat 96 :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم
بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا
كَانُواْ يَكْسِبُونَ{٩٦}
Artinya : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.”.
HADIRIN JAMA’AH SYARHIL QUR’AN ROHIMAKUMULLAH
Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asqori dalam Zubdat at Tafsir min Fath al
Qadhir menjelaskan bahwa jikalau umat manusia beriman dan bertakwa :
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أي لوسعنا عليهم
الخير من كل جانب
Artinya : “pasti Allah lapangkan bagi mereka keberkahan dari langit dan
Allah lapangkan keberkahan dari bumi.” syaratnya iman dan taqwa.
HADIRIN ROHIMAKUMULLAH
Dari uraian tersebut dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa jikalau segala
upaya ttelah kita lakukan mudah mudahan bangsa kita menjadi bangsa yang bersatu pada sehingga dapat
membentuk Negara yang baldatun toyyibatun warabbul ghafur, amin.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah mudahan ada manfaatnya…
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته