Senin, 14 September 2015

MATERI SYARHIL AL'QUR'AN

بسم الله الرّحمن الرّحيم

INI ADALAH POS PERTAMA SAYA

SEMOGA BERMANFAAT!!!

DISINI KALIAN BISA MELIHAT MATERI SYARHIL AL-QUR'AN.



TEORI RETORIKA SYARHIL QUR’AN
OLEH : AHMAD RAJAFI, SHI., MHI
A. BAGIAN MUQADDIMAH.
1.                 Kefasihan Bacaan Salam
2.                 Kefasihan Bacaan Muqaddimah ;
A.               Hamdalah
B.               Shalawat dan Salam Terhadap Nabi
3.                 Kebenaran Bacaan Muqaddimah
4.                 Mensifati Hamdalah Atau Menyebut Dalil Alqur’an dan Al-Hadits
5.                 Mensifati Hamdalah Dengan Topik yang Ada
6.                 Ungkapan Sapaan Kepada Audiens (Jama’ah)
7.                 Mengemukakan Latar Belakang / Pengantar Pembahasan
B. BAGIAN ISI.
1.                 Menjelaskan Konsep Utama Dalam Ayat
2.                 Relevansi Ayat Dengan Isi
3.                 Mengemukakan Maksud Ayat Secara Global
4.                 Kefasihan Dalam Membaca Istilah Yang Berbahasa Asing
5.                 Menyebutkan Rujukan Bacaan
6.                 Memperkaya Analisis Dengan Dalil Al-Qur’an, Hadits, Peribahasa dan Sya’ir
7.                 Menuangkan Asbab An-Nuzul Ayat dan Asbab Al-Wurud Hadits
8.                 Menunjukkan Isi Ayat Dengan Problem Kekinian Yang Dihadapi Jama’ah
9.                 Memberikan Contoh
C. SISTEMATIKA PENGGUNAAN BAHASA.
1.                 Pendekatan Deduktif ( Umum Ke Khusus )
2.                 Pendekatan Induktif ( Khusus Ke Umum )
3.                 Bergantian Deduktif dan Induktif
4.                 Penggunaan Bahasa Yang Baik, Benar, dan Etis
D. INTONASI, AKSENTUASI, GAYA DAN MIMIK.
1.                 Intonasi dan Aksentuasi ;
A.               Menanjak
B.               Menurun
C.               Bergantian Menanjak Dan Menurun
D.               Datar
E.                Kesesuaian Volume Suara Dengan Maksud Isi Khutbah
F.                Daya Tarik Persuasif (bersifat membujuk secara halus agar menjadi yakin)
G.               Gaya dan Mimik ;
i.                        Kesatuan Yang Utuh (Integritas) Antara Laga Dalam Penampilan Yang Memancarkan Kewibawaan Dan Kejujuran
ii.                        Model Tampilan Pakaian Yang Dikenakan
iii.                        Keserasian Tampilan Gerak Bahasa Tubuh Dengan Maksud Isi Paparan Khutbah
iv.                        Ekspresi Kejiwaan
v.                        Daya Tarik Persuasif (bersifat membujuk secara halus agar menjadi yakin)
E. EVALUASI KHUTBAH
1.                 Bertanya Dengan Orang yang Mendengarkan
2.                 Rekaman Suara
F. PENUTUP

REMAJA DAN PEMUDA SEBAGAI ASET MASA DEPAN BANGSA

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذى ارسل رسولا مبشرين ومنذرين وداعيا إلى الله بإذنه وسراجا منيرا  أللهم فصلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين {أما بعد}

KAUM MUSLIMIN YANG DIRAHMATI OLEH ALLAH SWT

Alfin Toffler dalam bukunya The Future Shock and The Third Wave, beliau menyatakan, era milinium merupakan era institusional change, yaitu era menjamurnya berbagai media komunikasi. Konsekuensinya, pada suatu sisi melahirkan nilai-nila positif, Namun disisi lain over loading information melahirkan desease of adaftation, penyakit adaptasi. Penerimaan terhadap unsur-unsur asing tanpa mempertimbangkan baik atau buruknya, ketika orang barat judi, Remaja dan pemuda  kita terlena dengan gaplek dan remi, ketika orang barat terlena dengan minum-minuman keras, Remaja dan pemuda  kita terlena dengan budaya mabuk-mabukan tenggak wisky, brandy, bahkan yang paling besar dan mendasar penyakit adaptasi ini melahirkan dehumanisasi, demoralisasi, dan despritualisasi.
Akibatnya manusia hidup bebas, keras, beringas, ganas bahkan lebih ganas dari binatang buas, di sinilah pentingnya pembangunan kepribadian yang postif sebagaimana digambarkan Thomas Hobbes dalam A War of All Agaents, John Lock dalam Social Contrack, Bruch Spinoza dalam Intelektual Love of God dan lain sebagainya. Karena pentingnya keperibadian positif, khusunya sebagai seorang muslim,  maka pada kesempatan ini, kita akan membicarakan tentang “Remaja Dan Pemuda Sebagai Aset Masa Depan Bangsa”. Dengan rujukan al-Qur’an surat al-Anfal ayat 24-25 :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ  {24} وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ {25}
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya..” (QS. Al-Anfal)
HADIRIN MA’ASYRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Berdasarkan ayat di atas maka dapatlah difahami bahwa dalam membangun Remaja dan pemuda  maka hendaknya dapat membatasi antara dirinya dengan hatinya. Namun, seperti apakah membatasi antara manusia dengan hatinya? Al-Smarqandi di dalam kitab tafsirnya Bahr al-Ulum menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan “yahulu bain al-mar’i wa qalbih” adalah :
يحول بين المؤمن ومعاصيه التي تسوقه وتجره إلى النار ، ويحول بين الكافر وطاعته التي تجره إلى الجنة
Artinya : “membatasi antara orang mukmin dengan kemaksiatannya yang mengarahkannya dan mendekatkannya dengan api neraka, serta membatasi antara orang kafir dengan keta’atannya yang dapat mendekatkannya dengan surga.
Hadirin, penjelasan di atas menunjukkan bahwa seorang yang beriman bisa saja terjerumus kedalam api neraka jika tidak dapat mengontrol hatinya dari kemaksiatan. Akan tetapi perlu difahami bersama bahwa arahan berpikir ayat di atas bukan saja menjurus kepada eksklusivisme Islam sehinga seringkali menafikan civil society yang sesungguhnya harus terus dibangun.
Lebih detil di dalam ayat selanjutnya, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan bahwa, sendi-sendi bangunan masyarakat akan melemah jika kontrol sosial melemah. Akibat kesalahan tidak hanya menimpa yang bersalah. Tabrakan tidak hanya terjadi akibat kesalahan kedua pengendara. Bisa saja yang bersalah hanya seorang, tetapi kecelakaan dapat beruntun menimpa sekian banyak kendaraan.
Tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya telah disyari’atkan sedemikian rupa oleh Allah yang mengetahui kemaslahatan, kebutuhan, sekaligus kecenderungan mereka. Apabila ada yang melanggarnya maka akan timbul kekacauan, karena yang melanggar telah melakukan suatu yang merugikan pihak lain. Pada saat itu akan muncul kekacauan, dan akan lahir instabilitas yang mengakibatkan semua anggota masyarakat yang taat maupun yang durharka ditimpa krisis.
Karena itu ayat ini berpesan : buatlah prisai antara diri anda dengan ujian dan bencana dengan jalan memelihara hubungan harmonis dengan-Nya. Laksanakanlah tuntunan-Nya dengan anjurkan pula orang lain berbuat kebaikan dan menjauhi kemunkaran, karena jika tidak kita semua akan ditimpa bencana. Dalam konteks ini Rasul saw memperingatkan :
jika ada masyarakat yang melakukan kedurhakaan, sedang ada anggotanya yang mampu menegur atau menghalangi mereka, tapi dia tidak melakukannya, maka Allah swt akan menjatuhkan bencana yang menyeluruh kepada mereka”.
HADIRIN RAHIMKUMULLAH
Dalam menemukan Remaja dan pemuda  yang sejati di tengah-tengah hiruk-pikuk kemaksiatan yang dapat menjerumuskan kita ke lembah kenistaan, maka kita harus menemukan metode yang efektif dalam mengarunginya. Dalam hal ini, Allah swt mengajarkan dan memerintahkan kepada kita. Sebagaimana firman-Nya di dalam surat ar-Ruum ayat 60 :
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ وَ لاَ  يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ  لاَ يُوقِنُونَ {60}
Artinya : “Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (QS. Ar-Ruum : 60)
HADIRIN RAKHIMAKUMULLAH
Berdasarkan firman Allah di atas, terdapat kata kunci yang paling ditekankan dengan kata kerja perintah di dalamnya.
Adapun kata kerja perintah yang ada di dalam ayat di atas adalah “ فاصبر ” yang berarti bersabarlah. Dan dalam hal ini, Abdurrahman bin Nashir al-Su’udy menafsirkan kata di atas dengan sebutan :
فاصبر على ما أمرت به وعلى دعوتهم إلى الله ولو رأيت منهم إعراضا
Artinya : “bersabarlah terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan terhadap apa yang dipanjatkan kepada Allah meskipun engkau dapatkan di antara mereka ada yang membangkang
Penjelasan di atas menunjukkan betapa beratnya untuk menjadi mukmin yang sejati di dunia ini, hingga Allah memerintahkan untuk selalu bersabar di dalamnya. Apalagi jika dikaitkan dengan perkembangan zaman yang begitu cepat. Sebuah contoh adalah, saat ini sebagian anak-anak muda kita terjerumus dan terlena dengan westernisasi, kebarat-baratan. Orang barat merayakan valentine, kita ikut merayakan valentine. Di bawah sinar remang-remang, disaat hujan rintik-rintik, angin menghembus sepoi-sepoi basah duduk berdua. Masya Allah.
Oleh karena itu, langkah apakah yang harus kita lakukan dalam rangka membangun generasi bangsa yang berpribadian muslim sejati ? Dan siapakah yang berperan di dalamnya ?
1. Para orang tua, guru, dan pendidik, hendaknya memberikan bekal ilmu dan akhlaq yang cukup bagi anak-anak, remaja, dan pemuda . Karena dengan ilmu dan akhlaq yang dimiliki, mereka akan menjadi generasi yang “al-qawiy” yang kuat bukan generasi yang “al-dha’if” atau generasi yang lemah.
2. Para remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa, agar memiliki itikad yang baik untuk dididik dan dibina, karena hal tersebut merupakan cikal bakal keberhasilan untuk mewujudkan terbentuknya remaja dan pemuda yang sejati. Karena apalah arti guru tanpa adanya murid. Dan apalah yang dapat dikerjakan seorang murid tanpa adanya instruksi dan bimbingan dari guru. Oleh karena itu, saling take and give akan membuahkan hasil yang berarti.
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Dan pada akhirnya, dapat kita simpulkan bersama bahwa jika semua ikhtiyar ini sudah kita lakukan, mudah-mudahan remaja dan pemuda kita bisa menjadi tumpuan, harapan, dan cita-cita bagi bangsa kita. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya :
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته




MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PERSPEKTIF AL-QURAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله العزة الذى جئهم بكتاب فصلناه على علم هدى ورحمة لقوم يؤمنون أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله أللهم فصلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين {أما بعد}

WAHAI PENCINTA AL-QUR’AN YANG DIRAHMATI OLEH ALLAH SWT
Albert Einstein, seorang ilmuan terbesar abad ke-20 menyatakan, “Relegion without science is lame and science without relegion is blind”, agama tanpa ilmu adalah pincang dan ilmu tanpa agama adalah buta. Kalimat ini menunjukkan bahwa, agama tidak hanya mendorong studi ilmiah, tapi juga menjadikan riset ilmiah yang konklusif dan tepat guna, karena didukung oleh kebenaran yang diungkapkan melalui agama. Alasannya adalah, karena agama merupakan sumber tunggal yang menjadikan jawaban pasti dan akurat.
Selain daripada itu, kalimat ini juga menunjukkan bahwa membangun karakter bangsa tanpa panduan agama tidak dapat berjalan dengan benar, tetapi justru membuang banyak waktu dalam mencapai hasil tertentu, atau lebih buruk lagi, seringkali tidak memperoleh bukti yang meyakinkan. Ketika Nabi sampai di Madinah, ia membuat sebuah perdaban baru yang kemudian memunculkan pengertian bahwa Islam adalah sistem kepercayaan yang sistemik, tidak hanya berdimensi theological, ritual, dan mistical tetapi juga berdimensi moral dan intelektual.
Secara termonologi, Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang di turunkan kepada nabi besar Muhammad saw, melalui wasilah malaikat jibril as untuk di syiarkan kepada umat manusia yang salah satu fungsinya adalah “huda linnaas” petunjuk bagi suluruh umat manusia di muka bumi ini.  Said Nursi sebagai Renaissan of Islam menyatakan, “Islam is the father of all the science and al-Qur’an is the book of science”, Islam adalah bapaknya seluruh ilmu pengetahuan dan al-Qur’an adalah kitabnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itulah, melalui penjelasan ini, maka pada kesempatan yang baik ini, kami akan membahas tentang “MEMBANGUN KEPRIBADIAN BANGSA PERSPEKTIF AL-QURAN” dengan rujukan al-Qur’an surat Ibrahim ayat 1 :
الر ج كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ {1}
Artinya : “Alif laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim)
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, di dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan, bahwa penjelasan tentang pentingnya al-Qur’an, disebutkan oleh Allah swt. dengan menggunakan bentuk jamak untuk kata (الظلمات) yang berarti aneka gelap, sedang (النور) dengan berbetuk tunggal. Hal ini untuk mengisyaratkan bahwa kegelapan itu bermacam-macam  serta  beraneka  ragam  dan sumbernya pun banyak. berbeda dengan an-nuur atau cahaya yang menerangai dan tidak pernah memberi gelap.
Penjelasan tentang al-Qur’an sebagai penerang atau an-nuur, benar-benar menunjukkan bahwa antara al-Qur’an dengan membangun karakter bangsa terdapat hubungan yang saling mengikat. Malik bin Nabi di dalam kitabnya Intaj al-Mustasyriqin wa Atsaruhu fi al-Firy al-Hadits, menulis “Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan masalah, serta sekumpulan metode yang dipergunakan menuju tercapainya masalah tersebut.” Ini menunjukkan bahwa kemajuan membangun karakter bangsa tidak dapat dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi juga diukur dengan wujudnya suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan pembangunan karakter bangsa itu termasuk al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak mengandung kontradiksi. Al-Qur’anlah kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada utusannya sebagai petunjuk. Al-Qur’an adalah kitab terakhir dan berada dalam penjagan Allah swt. Oleh sebab itu, membangun karakter bangsa akan berkembang cepat hanya apabila dituntun oleh al-Qur’an, dan mengambil kebenaran darinya. Karena, hanya dengan demikian membangun karakter bangsa mengikuti jalan Allah. Ketika jalan yang bertentangan dengan agama diambil, para ilmuan menyia-nyiakan waktu dan sumberdaya, serta menghalangi kemajuan membangun karakter bangsa. Demikianlah menurut Harun Yahya dalam The Qur’an Leads the Way to Science.
Lalu bagaimanakah dinamika keilmuan dalam menwujudkan kepribadian umat Islam saat ini? Umat islam saat ini mengalami degradasi besar-besaran. Data Badan Penelitian International menyebutkan, Israel yang notabene Yahudi dalam 1 juta penduduk memiliki 1600 pakar pengetahuan, Amerika yang notabene Nasrani dalam 1 juta penduduk memiliki 160 pakar pengetahuan. Sedangkan Indonesia yang notabene mayoritas muslim terbesar di dunia, dalam 1 juta penduduk hanya memilki 65 pakar yang muslimnya hanya 6 orang. Oleh karenanya, dalam bidang membangun karakter bangsa dan teknologi, kita masih jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. Kita jauh tertinggal dengan Amerika yang Protestanis, kita jauh tertinggal oleh Korea yang Konfusianis Taois, bahkan kita jauh tertinggal oleh Jepang yang Budhis Taois. Padahal 14 abad yang lalu kita telah diperintahkan untuk membaca dan membangun karakter bangsa. Bacalah al-Qur’an supaya hidup teratur, bacalah alam supaya lahir karya-karya luhur, dan baca diri kita agar hidup tidak takabur, sebab membaca dalam Islam harus dibarengi dengan serta diimbangi dengan :
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Artinya : “Dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
Akan tetapi, untuk dapat memahami dengan jelas dan benar terhadap  interpretasi dari firman-firman Allah di dalam al-Qur’an, yang menjelaskan tentang korelasi antara al-Qur’an dan meciptakan kepribadian bangsa, serta mengambil manfaat darinya untuk menjadikannya sebagai contoh kepribadian bangsa, maka salah satu yang harus dilakukan adalah dengan dapat memahami al-Qur’an secara tekstual terlebih dahulu, yakni memahami al-Qur’an dari segi kebahasaan, dan bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab. Sebagaimana Allah berfirman di dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 113 :
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا {113}
Artinya : “Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” (QS. Thaha)
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Di dalam kitab Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an, Imam al-Thabari menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah di atas adalah :
ما حذروا به من أمر الله وعقابه ووقائعه بالأمم قبلهم
Artinya : “Apa yang diperingatkan kepada mereka merupakan perintah Allah, hukuman-Nya, dan ketetapan-ketetapannya terhadap umat-umat sebelum mereka.
Hadirin, memperhatikan penjelasan tersebut, maka jelaslah bahwa al-Qur’an benar-benar merupakan landasan contoh kepribadian bangsa buat kita, hal ini juga bisa dilihat dari ditemukanya kata-kata ilmu dalam berbagai bentuknya di dalam al-Qur’an yang terulang sebanyak 854 kali supaya kita dapat belajar membangun pribadi yang dimaksud.
Pada akhirnya kami mengajak…Wahai saudara-saudaraku orang Semendo “ayo kite jadikah al-Qur’an kandik pedoman hidup”, wahai saudara-saudaraku orang Sunda “Hayu urang sami-sami ngajanten keun al-Qur’an kanggo tuntunan kahirupan urang”, wahai saudara-saudaraku orang Lampung “Lapah gham jadikon al-Qur’an sebagai pegungan ughi’ ”, wahai saudar-saudaraku orang Solo “Sumonggo kulo lan panjenengan dadosaken al-Qur’an kagem tuntunangin gesang”, wahai saudara-saudaraku orang Prancis “Allez utilisez I’al-Qur’an pour le guide de notre vivre”, wahai saudara-saudaraku orang Jepang “Jaa al-Qur’an wa wa watashitachi no kyoukashou ni narimashoo”.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya.
والله المستعان إلى احسان الحال
والسلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته


AL-QUR’AN SUMBER ILMU PENGETAHUAN

الحمد لله العزة الذى جئهم بكتاب فصلناه على علم هدى ورحمة لقوم يؤمنون أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله أللهم فصلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين )أما بعد(

HADIRIN  PENCINTA AL-QUR’AN YANG DIRAHMATI ALLAH SWT
Albert Einstein, seorang ilmuan terbesar abad ke-20 menyatakan, “Religion without science is lame and science without relegion is blind”, agama tanpa ilmu adalah pincang dan ilmu tanpa agama adalah buta. Kalimat ini menunjukkan bahwa, agama tidak hanya mendorong studi ilmiah, tapi juga menjadikan riset ilmiah yang konklusif dan tepat guna, karena didukung oleh kebenaran yang diungkapkan melalui agama. Alasannya adalah, karena agama merupakan sumber tunggal yang menjadikan jawaban pasti dan akurat.
Selain daripada itu, kalimat ini juga menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan tanpa panduan agama tidak dapat berjalan dengan benar, tetapi justru membuang banyak waktu dalam mencapai hasil tertentu, atau lebih buruk lagi, seringkali tidak memperoleh bukti yang meyakinkan. Ketika Nabi sampai di Madinah, ia membuat sebuah perdaban baru yang kemudian memunculkan pengertian bahwa Islam adalah sistem kepercayaan yang sistemik, tidak hanya berdimensi theological, ritual, dan mistical tetapi juga berdimensi moral dan intelektual.
Secara termonologi, Islam adalah agama yang disampaikan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. melalui wasilah Malaikat Jibril as. agar disyiarkan kepada seluruh makhluk di dunia ini, dan karena Islam merupakan ajaran yang ilmiah, maka Islam memilki panduan yang sempurna yakni al-Qur’an. Said Nursi sebagai Renaissan of Islam menyatakan, “Islam is the father of all the science and al-Qur’an is the book of science”, Islam adalah bapaknya seluruh ilmu pengetahuan dan al-Qur’an adalah kitabnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itulah, melalui penjelasan ini, maka pada kesempatan yang baik ini, kami akan membahas tentang “AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER ILMU PENGETAHUAN” dengan rujukan al-Qur’an surat Ibrahim ayat 1 :

الر ج كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ )1(

Artinya : “Alif laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim)

HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, di dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan, bahwa penjelasan tentang pentingnya al-Qur’an, disebutkan oleh Allah swt. dengan menggunakan bentuk jamak untuk kata (الظلمات) yang berarti aneka gelap, sedang (النور) dengan berbetuk tunggal. Hal ini untuk mengisyaratkan bahwa kegelapan itu bermacam-macam  serta  beraneka  ragam  dan sumbernya pun banyak. Setiap benda pasti mempunyai bayangan, dan bayangan itu adalah gelap, sehingga gelap menjadi banyak, berbeda dengan an-nuur atau cahaya yang menerangai dan tidak pernah memberi gelap.
Penjelasan tentang al-Qur’an sebagai penerang atau an-nuur, benar-benar menunjukkan bahwa antara al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan terdapat hubungan yang saling mengikat. Malik bin Nabi di dalam kitabnya Intaj al-Mustasyriqin wa Atsaruhu fi al-Firy al-Hadits, menulis “Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan masalah, serta sekumpulan metode yang dipergunakan menuju tercapainya masalah tersebut.” Ini menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan tidak dapat dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi juga diukur dengan wujudnya suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan ilmu pengetahuan itu termasuk al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak mengandung kontradiksi. Al-Qur’anlah kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada utusannya sebagai petunjuk. Al-Qur’an adalah kitab terakhir dan berada dalam penjagan Allah swt. Oleh sebab itu, sains akan berkembang cepat hanya apabila dituntun oleh al-Qur’an, dan mengambil kebenaran darinya. Karena, hanya dengan demikian sains mengikuti jalan Allah. Ketika jalan yang bertentangan dengan agama diambil, para ilmuan menyia-nyiakan waktu dan sumberdaya, serta menghalangi kemajuan sains. Demikianlah menurut Harun Yahaya dalam The Qur’an Leads the Way to Science.
Lalu bagaimanakah dinamika keilmuan umat Islam saat ini? Data Badan Penelitian International menyebutkan, Israel yang notabene Yahudi dalam 1 juta penduduk memiliki 1600 pakar pengetahuan, Amerika yang notabene Nasrani dalam 1 juta penduduk memiliki 160 pakar pengetahuan. Sedangkan Indonesia yang notabene mayoritas muslim terbesar di dunia, dalam 1 juta penduduk hanya memilki 65 pakar yang muslimnya hanya 6 orang. Oleh karenanya, dalam bidang sains dan teknologi, kita masih jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. Kita jauh tertinggal dengan Amerika yang Protestanis, kita jauh tertinggal oleh Korea yang Konfusianis Taois, bahkan kita jauh tertinggal oleh Jepang yang Budhis Taois. Padahal 14 abad yang lalu kita telah diperintahkan untuk membaca dan menggali ilmu pengetahuan. Bacalah al-Qur’an supaya hidup teratur, bacalah alam supaya lahir karya-karya luhur, dan baca diri kita agar hidup tidak takabur, sebab membaca dalam Islam harus dibarengi dengan serta diimbangi dengan :
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
Akantetapi, untuk dapat memahami dengan jelas dan benar terhadap  interpretasi dari firman-firman Allah di dalam al-Qur’an, yang menjelaskan tentang korelasi antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan, serta mengambil manfaat darinya untuk menjadikannya sebagai sumber ilmu pengetahuan, maka salah satu yang harus dilakukan adalah dengan dapat memahami al-Qur’an secara tekstual terlebih dahulu, yakni memahami al-Qur’an dari segi kebahasaan, dan bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab. Sebagaimana Allah berfirman di dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 113 :

وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا (113)

Artinya : “Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.(QS. Thaha)

HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Di dalam kitab Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an, Imam al-Thabari menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah di atas adalah :
ما حذروا به من أمر الله وعقابه ووقائعه بالأمم قبلهم
Apa yang diperingatkan kepada mereka merupakan perintah Allah, hukuman-Nya, dan ketetapan-ketetapannya terhadap umat-umat sebelum mereka.
Jika kita perhatikan secara sekasama, maka kita dapatkan bahwa ayat di atas menjadikan kehadiran al-Qur’an bagi umat manusia mengandung salah satu dari tujuan pokok :
1.      Agar manusia bertakwa kepada Allah atau agar kitab suci tersebut menimbulkan niali-nilai ilmiah bagi mereka, sehingga mereka dapat terhindar dari siksa duniawi dan ukhrawi.
2.      Menimbulkan pengajaran atau pendidikan bagi mereka yakni mengundang mereka untuk berpikir dan ingat sehingga pada akhirnya mengantar mereka bertkawa. Demikianlah menurut Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah.
Hadirin, memperhatikan penjelasan tersebut, maka jelaslah bahwa al-Qur’an benar-benar merupakan sumber ilmu pengetahuan, hal ini juga bisa dilihat dari ditemukannya kata-kata ilmu dalam berbagai bentuknya di dalam al-Qur’an yang terulang sebanyak 854 kali. Di samping itu, banyak pula ayat-ayat al-Qur’an yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, penalaran dan sebagainya. Untuk itu, tiada yang lebih baik dituntut  dari suatu kitab agama menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir, serta tidak menetapkan suatu ketetapan yang membatasainya menambah pengetahuan selama dan di mana saja ia kehendaki.
Pada akhirnya kami mengajak…Wahai saudara-saudaraku orang Semendo “ayo kite jadikah al-Qur’an kandik pedoman hidup”, wahai saudara-saudaraku orang Sunda “Hayu urang sami-sami ngajanten keun al-Qur’an kanggo tuntunan kahirupan urang”, wahai saudara-saudaraku orang Lampung “Lapah gham jadikon al-Qur’an sebagai pegungan ughi’ ”, wahai saudar-saudaraku orang Solo “Sumonggo kulo lan panjenengan dadosaken al-Qur’an kagem tuntunangin gesang”, wahai saudara-saudaraku orang Prancis “Allez utilisez I’al-Qur’an pour le guide de notre vivre”, wahai saudara-saudaraku orang Jepang “Jaa al-Qur’an wa wa watashitachi no kyoukashou ni narimashoo”.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya :
والسلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته


AL-QUR’AN DAN RANCANG BANGUN MASA DEPAN PERADABAN MANUSIA

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي أنزل القرءان هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان الصلاة والسلام على خير الإنسان وعلى اله وصحبه الى يوم البيان : أما بعد

Dewan hakim yang kami hormati
Hadirin yang kami cintai
Napoleon, seorang orientalis berkebangsaan Perancis mengatakan “The principle of Quran with alone of tracking can lead man to happiness”, Al-Qur’an adalah prinsip dan merupakan satu-satunya kitab suci yang dapat menghantarkan kepada kepulauan nan bahagia.
Ungkapan tersebut hadirin, mengisyaratkan kepada kita bahwa Al-Qur’an laksana lampu penerang hati dalam menembus liku-liku perjuangan yang panjang membentang. Al-Qur’an adalah laksana benteng yang kokoh dalam mengcaunter tipuan dan godaan syetan. Al-Qur’an laksana jimat penyelamat dari kesesatan hidup dan kehidupan. Pendek kata Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang berisi petunjuk dan kebahagiaan serta senantiasa relevan dengan perkembangan dan situasi zaman. Oleh karena itu Rasul mengatakan:
اقرءوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لاصحابه
“bacalah dan kajilah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai penolong”
Dalam rangka menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia, pada kesempatan berbahagia ini kami akan membahas tentang AL-QUR’AN DAN RANCANG BANGUN MASA DEPAN PERADABAN MANUSIA”, dengan rujukan surat yunus ayat 57:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ﴿٥٧﴾

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Hadirin…Ayat tadi dalam ilmu balaghah termasuk “كلام خبري او إنكاري” yang meginformasikan sekaligus menegaskan bahwa sungguh telah datang  kepada manusia Al-Qur’an yang memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus dan mengeluarkan manusia dari kegelapan. Lalu apakah fungsi dan peran Al-Qur’an itu hadirin dalam merancang bangun peradaban manusia? Ayat tadi sebagaimana ditafsirkan oleh Imam Ali Ash-Shabuni dalam Shafwatut Tafasir, menjelaskan ada empat fungsi diturunkannya Al-Qur’an yaitu:
Pertama, “مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ أي موعظة من خالقكم” Al-Qur’an sebagai pelajaran dari Tuhan yang Maha pengajar. Berkaitan dengan hal tersebut, Imam Al-Ghazali dalam “Jawahir al-Qur’an” mengatakan seluruh cabang ilmu pengetahuan baik yang datang terdahulu maupun kemudian, baik yang teah diketahui maupun belum, semuanya bersumber  dari Al-Qur’anul karim. Sebagai bukti bukankah karena Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa arab telah mendorong lahirnya ilmu tata bahasa yang kemudian kita kenal dengan ilmu nahwu dan sharaf, bukankaj karena Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa indah, retoris dan puitis dan argumentatis telah mendorong lahirnya ilmu retorika dan sastra yang keudian kita kenal dengan ilmu balaghah dan mantiq, bukankah karena kita diperintahkan untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar telah mendorong lahirnya ilmu qiroaat yang kemudian kita kenal dengna ilmu tajwid.
Bukankah karena Al-Qur’an menceritakan proses penciptaan manusia dan alam telah mendorong lahirnya ilmu kehidupan yang kemudian kita kenal dengan biologi, bahkan  bukankah karena Al-Qur’an menceritakan karakteristik dan seluk beluk masyarakat terdahulu telah mendorong lahirnya ilmu kemasyarakatan yang kemudian kita kenal dengan sosiologi. Dengan demikian hadirin seluruh ilmu pengetahuan itu bersumber dari Al-Qur’an.
Kedua, شِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ أي يشفى ما فيها من الشرك والشك والجهل, Al-Qur’an sebagai obat penyakit bathin seperti penyakit syirik, ragu dan bodoh. Kenapa Al-Qur’an berfungsi sebagai obat penyakit bathin bukan penyakit zhahir? Jawabannya hadirin penyakit zhahir memang berbahaya jika tidak diobati, tapi jauh lebih berbahaya jika kita punya penyakit tapi tidak diobati, betul hadirin? Dengan demikian penyakit asma, jantung, tumor memamng berbahaya dan dapat merusak tubuh manusia, tapi penyakit sombong, iri hati, dengki, frustasi, korupsi, haus kursi, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jabatan dan popularitas diri jauh lebih berbahaya dan dapat merusak tatanan hidup masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu hadirin, Al-Qur’an turun dengan memberikan perintah dan larangan, janji dan ancaman, dan memerintah kepada manusia untuk mentaatinya dan mengamalkan seluruh isinya. Dengan mengamalkan Al-Qur’an Insya Allah segala penyakit hati akan terkikis habis dari diri kita. Pantas kalau Abu Farida Muhammad Ijat dalam bukunya “Aliz Nafsaka bil Qur’an” mengatakan “Al-Qur’an adalah obat yang sempurna bagi segala penyakit baik penyakit zhahir maupun bathin.
Ketiga,  هُدًى أي هداية من الضلال, Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dari kesesatan. Al-qur’an diturunkan Allah untuk memberikan petunjuk kepada manusia, membimbing dan membawanya kepada keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
Berkaitan dengan hal tersebut, Prof.Dr.Quraish Syihab dalam “Wawasan Al-qur’an” mengatakan seluruh ayat yang ada dalam Al-qur’an seluruhnya berisi ajaran yang relevan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Mampu memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan manusia baik yang bersifat ibadah ritual maupun sosial termasuk di dalamnya tentang etika kenegaraan.
Oleh karena itu, kalau manusia sudah mampu memahami isi Al-Qur’an, menjadikan petunjuk kehidupan, serta mengamalkannya dalam hidup keseharian maka prilakunya dipastikan tidak bertentangan dengan ajaran Tuhan dan berselisih dengan tuntutan agama, siapaun dia dan apaun profesinya. Seorang pejabat kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan berbuat korupsi meskipun rakyat tidak tahu, seorang pedagang kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan curang mengurangi timbangan meskipun pembeli tidak mengerti, seorang suami kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan berbuat selingkuh meskipun sedang sendiri. Demikian pula seorang pemuda dan pemudi yang sedang asyik memadu kasih kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan berbuat “macam- macam” mskipun keadaan mendukung, senyap dan sepi, betul hadirin?
Keempat, رَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ أي رحمة لأهل الإيمان, Al-Qur’an berfungsi sebagai rahmat bagi insan nan beriman. Artinya kalau Al-Qur’an sudah kita baca isinya, dipahami ajarannya serta diamalkan petunjuknya maka ia akan menciptakan ketenangan bagi kita, jauh dari rasa resah dan gelisah, siap menghadapi berbagai problematika hidup dan kehidupan serta mampu menghantarkan kita kepada kebahagiaan baik dunia maupun di akhirat. Rasul pernah berjanji:

من جعل القرأن إمامه ساقه الى الجنة ومن جعل القرأن وراءه قاده الى النار

Barangsiapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai imamnya, maka ia akan membawanya kepada surga, sebaliknya barangsiapa yang menjadikan makmumnya maka akan mendorongnya ke jurang api neraka.”
Dengan demikian, Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang berfungsi sebagai pelajaran, obat, petunjuk dan rahmat dalam merancang bangun peradaban manusia untuk menggapai kebahagiaan baik di dunia, terlebih lagi di akhirat. Sejarah telah membuktikan bahwa Al-Qur’an dahulu pernah melakukan perubahan-perubahan fundamental terhadap peradaban manusia yang tiada taranya. Al-Qur’an mula-mula menjumpai bangsa Arab sebagai penyembah berhala, pemuja batu, dan pemuji kayu. Namun dalam jangka waktu kurang dari seperempat abad, penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah SWT menguasai seluruh jazirah Arabia, setelah penyembah-penyembah berhala disapu bersih dari seluruh Jazirah Arabia. Al-Qur’an menyaptu bersih segala kepercayaan takhayul dan menggantinya dengan agama yang paling rasional. Pada masa itu Bangsa Arab sering membanggakan dirinya karena kebodohannya, berubah menjadi bangsa yang cinta ilmu pengetahuan, mereka disulap dengan tongkat wasiat Al-Qur’an, karena di dalamnya terdapat sumber ilmu pengetahuan. Hal demikian adalah akibat langsungdari ajaran Al-Qur’an. Di samping itu Al-Qur’an juga membangun manusia dari tingkat yang paling rendah ke tingkat peradaban paling tingi, hanya dalam jangka waktu relative singkat.
Oleh karena itu, dalam rangka menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman  hidup kita menuju peradaban manusia yang Qur’ani, mari kita baca Al-Qur’an, kita pahami isinya, kita renungkan maksudnya dan kita amalkan ajarannya. Sehingga dengan cara ini kita mampu hidup bahagia baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun Negara dan bangsa. Dan Allah pun akan menganugerahkan keberkahan kepada kita semua penduduk bangsa ini. Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 96:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ ﴿٩٦﴾

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Hadirin wal hadirat Rahimakumullah
Dengan demikian dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang berfungsi sebagai pelajaran, obat, petunjuk dan rahmat dalam merancang bangun peradaban manusia untuk menggapai kebahagiaan baik di dunia, terlebih lagi di akhirat. Untuk itu kewajiban kita, saya, saudara dan seluruh kita bangsa Indonesia melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh Al-Qur’an agar peradaban manusia di negara Indonesia dapat berjaya kembali di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Amin.
Itulah yang dapat kami sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته





IPTEK, WARISAN DAN KEBUDAYAAN YANG TERABAIKAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله القائل إن جائكم فاسق بنبإ فتبينوا أن تصيبوا قوما بجهالة الصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعه إلى رسالة.  أما بعد

HADIRIN ROHIMAKUMULLAH
Jeff Zeleski, seorang pakar komunikasi dunia dalam bukunya “Spiritualitas Cyberspace” menyatakan : Dewasa ini, perkembangan dunia Informasi dan komunikasi telah mencapai tahap yang mencenangkan konsekuensinya. Satu sisi melahirkan nilai-nilai positif dan mampu mengangkat taraf hidup manusia. Namun disisi lain perkembangan informasi baik melalui media cetak dan elektronika jika tidak dibingkai dengan nilai-nilai agama hanya akan melahirkan keresahan, kerusakan, bahkan kehancuran bagi manusia.
Hadirin kehawatiran ZaLesski tersebut kini kian terbukti. Kita perhatikan budaya barat/peradaban jahiliyah kini kian merajalela melalui media dan elektronika sebagai contoh tayangan-tayangan kekerasan dan sadis semakin merajalela, tontonan-tontonan magis-mitologis semakin membudaya bahkan hiburan-hiburan erotis seksual liberalis semakin makmur, membaur bahkan menjamur di tengah-tengah masyarakat. Eksisinya hadirin,  akibat tayangan kekerasan,muncul keributan dalam keluarga, tauran antar pelajar, perkelahian antar kampong bahkan peperangan antar etnis dan golongan akibatnya tontonan magis metelogis, lahir masyarakat irrasional, ayat Al-Qur’an dipermainkan, bahkan agama diperdagangkan. Akibatnya hiburan erotis dan seksualis. Marak perkosanan dan perzinahan, bahkan akhir-akhir ini kita digemparkan oleh munculnya praktek seks bebas yang dilakukan pelajar dan mahasiswa. Na’uzubillahi min dzalik.
Itulah hadirin dampak langsung dari penggunaan media cetak dan elektronika yang mengabaikan nilai-nilai etika. Lalu bagaimanakah Islam melihat fenomena tersebut? Sebagai jawabannya pada kesempatan ini kami akan membahas tentang IPTEK, WARIASAN DAN KEBUTUHAN YANG TERGADAIKAN dengan landasan Al-Qur’an, surat Al-Hujarat ayat 6 :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(QS. Al-Hujarat : 6)


HADIRIN MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAKHIMAKUMULLAH
Secara Filosofi, ayat tadi merupakan landasan metodis dalam menyikapi derasnya informasi yang disebarkan media cetak dan elektronika, yaitu Islam memiliki prinsip akomodatif jika bertentangan dengan ajaran Islam jangan gentar, katakan Tidak! Tidak, tidak meskipun dengan dalil seni dan kebebasan Pers, sepakat?
Dengan demikian ayat tadi memberikan pelajaran pada kita untuk memperhatikan nilai moral dan etik, dalam menggunakan media cetak dan elektronika. Namun, sangant disayangkan hadirin, saat ini yang terjadi adalah fakta sebaliknya, sebagai bukti tidak sedikit majalah-majalah yang memajang fotoperempuan setengah telanjang. Koran-koran mengumumkan tempat-tempat mesum dan pelacuran, stasiun-stasiun televise yang menayangkan senetron adegan ciuman yang ujung-ujungnya menjurus pada perbuatan mesum, bioskop yang menayangkan adegan ranjang dan hubungan sek, dan situs-situs porno yang marak merebak, membaur bahkan menjamur ditengah masyarakat bahkan membudaya seolah-olah telah mendarah daging pada masyarakat kita terutama para remaja bahkan hadirin akhir-akhir ini kita dikagetkan dengan munculnya majalah play boy yag menjajah pikiran manusia, sehingga yang terlihat hanyalah pikiran-pikiran jorok dan hasrat terlarang.
Bahkan akibatnya budaya barat yang disebarkan media cetak dan elektronika membuat para pemuda semakin terpuruk, sebagai contoh: tidak sedikit anak-anak muda kita yang terjerumus kedalam mabuk-mabukan, tenggak wiski, brendy, sampeng, bluange, matine, radikao, mensen, KTI, bir, tidak sedikit anak-anak muda kita mati diujung lidahnya ganja, morfin, ganja, morfin
Merintih memohon, memanggil ganja dan morfin sampai mati, tanpa iman dan banyak remaja kita akibat mengkomsumsi minuman keras dan narkoba kini tinggal menunggu lonceng kematian. Bahkan para pemuda kita terbiasa dengan budaya mesum seks, protitusi, porno aksi, dan pornografi dan seolah-olah menganggap God is Died, Tuhan telah mati. Na’uzubillahhimin dzalik…..
Lalu bagaimanakah sikap kita dalam menghadapi persoalan tersebut? Sebagai jawabannya kita renungkan firman Allah  swt dalam al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104 :

Artinya :  “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. ali-Imran : 104)


HADIRIN YANG BERBAHAGIA
Imam Ali Ash Shabuni dalam Shafawatut Tafasir menjelaskan ayat tadi :

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar

Dengan demikian, orang yang mampu menjaga, melestarikan dan menjunjung tinggi harakat kemanusiaan adalah yang memiliki Iman dan amal Shaleh, fungsi dari mengimbangi otoritas intelektual. Sebab hadirin, walaupun kita ber otak cerdas, berwawasan luas, tetapi kita tidak berhati emas, apalagi jika keimanan lepas, kita hanya tumbuh menjadi manusia hina, biadab, brutal, tidak bermoral, berakhlak bejat bahkan bisa lebih jahat dan lebih bejat dari binatang.
Murtadha Muthahhari mengatakan, IPTEK yang ada pada orang yang tak beriman bagaikan sebuah pisau ditangan orang gila, dia bisa menebaskan kemana dia mau. Maka orang yang beriman tapi tak beriman bisa membunuh, menipu, merampok dan meracuni otak-otak kita.
Sebaliknya, bila IPTEK digenggam oleh orang beriman, kami yakin akan membawa kemaslahatan bukan kemudharatan, membawa kesejahtraan bukan kesengsaraan. Membawa kemajuan bukan kehancuran, membawa ketentraman bukan kekacauan.
Jikalau hal tersebut ysng kita aflikasikan insya allah media cetak dan elektronika yang mengabaikan nilai-nilai etik dan yang menyebarkan budaya-budaya barat jahiliyyah sedikit demi sedikit akan tergeser dan tergusur dan akan lahir media cetak dan elektronika yang siap merespon dan mengelola derasnya arus informasi untuk membentuk wadah akhlakul karimah dan  menjunjung tinggi kebudayaan Islam.
Dari uraian tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa saat ini penggunaan media cetak dan elektronika mulai mengabaikan nilai-nilai etika. Untuk menghadapi persoalan tersebut umat Islam membutuhkan sumber daya insan yang siap menjadi sumber sifat kebaikan untuk mengelola informasi menjadi maslahat dan manfaat dalam kehidupan individu, keluarga, nusa dan bangsa, serta umat manusia. Semoga Allah swt memberkati setiap usaha dan upaya kita semua. Amin ya Robbal ‘Alamin
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan ada manfaatnya….
 والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW, TELADAN MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي بعث فى الأمين رسولا الصلاة والسلام على سيدنا محمد احسن الناس قولا وفعلا وعلى اله وصحبه ومن تبعه فى الهدى واقتدى اخلاقا جزيلا – اما بعد

Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Michael Hart, seorang kolumnis Amerika menulis  dengan judul The One Hundred Ranking of Most Influenting Person in History, artinya seratus tokoh besar yang paling berpengaruh sepanjang sejarah peradaban manusia. Termasuk di dalamnya ada Adolf Hitler pencetus gerakan NAZI Jerman, Mahatma Gandhi pencetus gerakan Satya Graha India, Julius Ceasar pencetus Vini Vidi Vici dan tokoh-tokoh besar lainnya. Ternyata dari sederetan tokoh tersebut, Michael Hart menempatkan baginda Rasulullah Muhammad SAW pada urutan pertama sebagai Tokoh yang sangat berpengaruh di dunia. Sehingga kebesaran beliau diabadikan di dalam Encyclopedia Brittanica sebagai The Most Succesful of all Prophets and all Religious Personalities sebagai pemimpin yang paling sukses diantara para Nabi, para pemimpin Agama, dan para pemimpin lainnya dalam membangun peradaban manusia sedunia.hadirin melihat betapa pentingnya meneladani sikap dan sifat nabi Muhammad tersebut, khususnya dalam membentuk masyarakat madani maka “KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW, TELADAN MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI”  adalah tema yang akan kita bicarakan pada kesempatan kali ini, dengan landasan QS. Al-Jum’ah ayat 2 :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Artinya : “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Hadirin Rohimakumullah,
Menurut Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asqori dalam Zubdat at-Tafsir Min Fath al-Qodir, ( الأمين ) maksudnya kondisi bangsa arab yang sebagian besar bukan saja tidak mampu membaca dan menulis tapi tenggelam ke dalam kehidupan jahilyah secara total. Kebobrokan moral merajalela. Dalam bidang social marak mabuk-mabukan. Dalam bidang pemerintah., etnis dan golongan yang dikedepankan. Dalam bidang hukum muncul law of jungle to be politely of people, hukum rimba menjadi peradaban.Orang kaya memangsa yang miskin. Orang pintar memangsa yang bodoh. Orang kuat menghantam yang lemah. Bahkan yang paling mengerikan martabat wanita di injak-injak, sehingga setiap lahir bayi wanita dikubur hidup-hidup tak peduli terdengar jerit, pekik tangis bayi didalam tanah. Na’udzubillah min dzalik.
Dalam kondisi seperti itu Rasul tampil sebagai sosok yang diwarisi dengan jiwa kepemimpinan, mengemban empat misi utama:
Pertama, misi Tilawah ( يتلوا عليهم أيته ) membaca ayat-ayat Allah, baik ayat Qur’aniyah maupun ayat Kauniyah, alam buana ini. Kedua, ( ويزكيهم ) Misi tazkiyah                      membersihkan segala bentuk kekufuran. Ketiga, misi Ta’lim ( ويعلمهم الكتاب )    mengajarkan al-Qur’an sebagai pedoman reformasi sebab al-Qur’an is the only thing that can lead man to happiness, al-Qur’an adalah satu-satunya buku petunjuk hidup yang mampu menghantarkan manusia menuju kebahagiaan. Demikian menurut Napoleon, seorang oreantalis berkebangsaan Prancis. Keempat, ( الحكمة ) menampilkan sunnah.

Hadirin yang berbahagia,
Keempat unsur tersebut merupakan strategi pembangunan Rasulullah saw yang terbukti berhasil membentuk dan membangun peradaban manusia sedunia. Namun lain halnya dengan gerakan pembangunan di Negara kita, konsepnya setinggi langit, gaungnya menggema kemana-mana tapi hasilnya entah kemana. Kenapa? Ini disebabkan krisis figur. Di era reformasi ini bukan figur-figur pembangun sejati yang muncul, tetapi yang menjamur adalah oknum-oknum pemimpin yang haus kursi, haus pangkat, jabatan dan popularitas. Karena kalau pembangunan kehilangan figur tak ubah laksana anak ayam yang kehilangan induknya. Tak tahu arah kemana ia harus melangkah. Instruksi yang dicita-citakan tapi destruksi yang dirasakan. Pembangunan tinggal landas yang dicita-citakan tapi tinggal kandas yang dirasakan. Pembangunan Nasional yang dicita-citakan tapi penderitaan Nasional yang dirasakan. Akhirnya tetap berada dalam Justifikasi Allah, لفى ضلال مبين tetap dalam kesesatan dan krisis Nasional multi dimensional.
Hadirin dalam kondisi seperti ini tidak satu figur pun yang harus kita tiru dalam merealisasikan pembangunana masyarakat madani kecuali baginda Rasulullah Muhammad saw.
Abu A’la al-Maududi dalam The Prophet Islam mengatakan “ He is the only one example where all excellences have been blanded in one personality “, nabi Muhammad adalah satu-satunya contoh terlengkap semua keunggulan terkumpul dalam diri seorang pribadi. Demikian pula hadirin kebesaran beliau dibuktikan oleh sejarah, beliau hidup dalam keadaan miskin, Allah menawarkan berbagai kesenangan material, harta, tahta, wanita bahkan jabal uhud siap jadi emas. Beliau menjawab :
اذا يا رب لا ارضى لو احد من امتى فى النار
kalau demikian ya Allah, apapun yang engkau berikan tidak ada satu pun yang menyenangkan hatiku, kalau satu saja ummatku yang masuk neraka.

Allahu Akbar. Hadirin, ini bukti sikap pemimpin sejati yang beroreantasikan ummat sebagaimana kaedah mengatakan :
المصلحة العامة مقدم على المصلحة الخاصة
Kepentingan umum lebih diprioritaskan diatas kepentingan pribadi dan golongan.

Tapi sebaliknya kalau pemimpin yang hanya mengatasnamakan rakyat namun tidak berorientasikan rakyat, di depan rakyat dia menyanyikan janji-janji manis, mendendangkan lagu-lagu mesra. Tapi di belakang rakyat dia tidak segan-segan mencekik dan menghisap darah rakyat. Akibatnya, kita lihat Rumania, ketika dipimpin oleh Nicoulas Susesco pemimpinnya poya-poya tapi rakyatnya sengsara, Iran ketika dipimpin oleh Reza Pahlepi pemimpinnya megah, rakyatnya susah, Prancis ketika dipimpin Louis 16 dan Ratu Maria Antonate pemimpinnya makmur rakyatnya hancur tersungkur, demikian pula Orde Baru pemimpinnya paling rendah naik BMW rakyatnya paling mewah naik BMM alias Bemo. Timbul pertanyaan, bagaimana sikap beliau dalam membangun peradaban masyarakat madani ? untuk mengetahui jawabannya kita renungkan firman Allah dalam QS. Ali Imron ayat 159 :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya : ‘Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.


Hadirin Rahimakumullah,
Pada ayat tersebut terdapat lima akhlak pemimpin yang di contohkan Rasulullah Muhammad SAW.
1.     لنت لهم  dengan lemah lembut dapat menunjukan keluhuran budi, bisa menarik simpati lawan, membuat segan begi semua lawan.
2.    Sifat rosul tidak bengis dan tidak berlaku kasar karena pemimpin yang berjiwa kotor niscaya akan dictator.
3.     فاعف عنهم  pemaaf, واستغفر لهم yakni mudah untuk memberi ampunan bagi orang-orang yang bersalah.
4.     وشاورهم فى الأمر  Rosul sangat senang bermusyawarah, tidak otoriter dan siap dikeritik ketika keliru.
5.    Beliau memiliki komitmen فإذا عزمت فتوكل على الله setelah memantapkan planning dalam suatu kegiatan, lalu bertawakal kepada Allah.
Itulah hadirin sikap dan sifat yang rosul miliki dalam menciptakan peradaban manusia. Dengan demikian pembangunan di Negara kita ini hanya akan bergulir dengan baik, jika dalam mekanisme pembangunannya mencontoh kepribadian rosululloh Muhammad saw. Dan orang yang dapat mencontoh beliau hanyalah orang-orang yang beriman. Semoga kita sebagai rakyat Indonesia dapat segera menyempurnakan iman kita sehingga berhasilah kita dalam membentuk dan membangun Negara ini menuju masyarakat madani. Amin ya robbal alamin.
Itulah yang dapat saya sampaikan,
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



JIHAD DALAM MEMBANGUN PERSAUDARAAN

السلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته
الحمد لله الذى امرنا بالجهاد فى سبيل الله و ترك الهوى . اشهد ان لا إله إلا الله رب العرش استوى و اشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله المصطفى صلواة الله وسلامه عليه {اما بعد}

DEWAN HAKIM YANG ‘ARIF DAN BIJAKSANA
HADIRIN YANG BERBAHAGIA
Masih ada dalam ingatan kita, tragedi 11 September 2001 di mana pusat ekonomi dunia yang terbangun di menara kembar World Trade Center New York Amerika Serikat, hancur lebur di hantam oleh dua pesawat komersil yang dibajak oleh sekelompok orang yang kemudian dikenal sebagai musuh dunia, yakni al-Qaeda.
Terdapat dua dampak pasca tragedi tersebut. Pertama, dunia mulai melihat keadaan Islam di negara-negara jajahan Eropa yang terus tertindas, dirampas sumber daya alamnya, hingga saat ini, hendaknya perlu dilakukan pendekatan ulang tanpa tindakan militer. Namun hasilnya, mereka hingga saat ini tetap tertindas.
Yang kedua, dunia saat ini melihat gelagat buruk dari penyebaran Islam yang begitu pesat di Eropa, sehingga inilah saatnya untuk mempropaganda dan mengadu domba umat Islam dengan menggolongkan umat Islam kepada dua kelompok, yakni Islam Radikal sebagai basic terorisme dunia, dan Islam Moderat sebagai sahabat mereka.
Hadirin, kedua dampak ini menyebar ke seluruh daerah di tanah Indonesia. Bahkan tidak begitu lama dari kasus WTC, Bali sebagai pusat wisata Indonesia, dibom oleh mereka yang mengaku sebagai para mujahid Islam. Lalu apakah Islam telah mengajarkan tentang jihad sebagai sebuah penindasan dan teror? ataukah sesungguhnya Jihad dapat menjadi sarana untuk membangun persaudaran? Oleh karenanya, “JIHAD DALAM MEMBANGUN PERSUADARAAN” adalah tema yang akan kita bahas dalam kesempatan kali ini. Dengan redaksi awal, firman Allah swt surat at-Taubah ayat 41:
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَ أَ نْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ  {41}
Artinya : “Berangkatlah baik dalam keadaan ringan ataupun berat, dan berjihadlah dengan harta kamu dan diri kamu dijalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.

HADIRIN MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAKHIMAKUMULLAH..
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Tafsir al-Mishbah menjelaskan bahwa pada hakikatnya perintah untuk berperang sebagai salah satu makna jihad di dalam ayat tersebut, tidaklah dibutuhkan oleh Allah dan tidak juga oleh Rasul-Nya Muhammad saw, karena sesungguhnya Allah telah membela dan mendukung umat Islam ketika ia sendiri ataupun berdua. Namun, jika kita mengetahui betapa banyak sisi kebajikan yang disiapkan oleh Allah bagi mereka yang berjihad dan taat kepada Allah, tentulah umat Islam akan melaksanakan perintah tersebut. Hal ini jika ditinjau dari bebagai aspek duniawi dan ukhrawi sebagaimana difahami dari bentuk nakirah atau indifinitif kata ( خير) di dalam ayat tersebut.
Dampak positif yang membawa kebaikan dan kebajikan melalui jihad sesungguhnya selaras dengan dakwah dan jihad para ulama penyebar Islam di tanah nusantara ini. Abdurrahman Mas’ud menjelaskan, bahwa Islam Indonesia memiliki dua model yang saling mengikat, yakni model universal dan dan model domestik. Model universal adalah model yang menyatukan dunia Islam dibawah kepemimpinan dan uswatun hasanah Muhammad Rasulullah saw, sementara model domestik yang menjadikan Muslim Indonesia unik adalah mereka yang bermakmum dari model-model Walisongo. Mereka adalah wali sembilan yang namanya demikian populer telah berhasil merubah Nusantara Hindu-Budha ke dalam agama Islam dengan penuh kedamain di abad 15-16. Dengan demikian ungkapan yang menyatakan bahwa ajaran Islam pada abad ke-18 dan ke-19 berada dibawah bayang-bayang Walisongo tidaklah berlebih-lebihan. Bahkan selama hampir lima abad setelah periode Walisongo, pengaruh mereka tetap terlihat dan terasa jelas hingga kini.
Lalu muncul sebuah pertanyaan, apakah model Islam yang menggerakkan jihad sebagai sarana irhab ataupun terorisme merupakan model jihad di Indonesia? Tentulah tidak. Islam Indonesia di bangun dengan model toleransi terhadap produk-produk lokal budaya yang ada. Islam Indonesia tidak memberantas tempat-tempat Ibadah yang berbeda dengan Islam. Bahkan begitu banyak masjid-masjid di Indonesia yang dibangun dengan model budaya mereka dan jauh dari model tanah Arab.
Namun saat ini yang terjadi adalah, begitu banyak para pendakwah baru yang seringkali membajak Islam demi hawa nafsunya untuk menguasai seseorang ataupun sekelompok orang. Pantas jika Rasulullah saw dulu pernah menasehati para sahabat melalui sabdanya:
رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر . قالوا :  وما الجهاد الأكبر ؟  قال :  مُجاهدة العبد هَواه {رواه البيهقي}
Artinya : “Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar. Para sahabat bertanya ; apakah itu jihad yang besar ? Rasul menjawab ; seorang hamba berjihad melawan hawa nafsunya.” [HR. al-Baihaqi]

HADIRIN MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAKHIMAKUMULLAH..
Inilah yang terjadi saat ini, jihad tidak lagi memberikan dampak positif kepada semua orang berupa kemaslahatan dan kebaikan kepada setiap orang, melainkan karena nafsu al-hawa’ yang dikedepankan. Padahal Rasulullah Muhammad saw diutus kemuka bumi ini adalah sebagai pembawa Rahmat Allah kepada seluruh makhluk di muka bumi ini, ( وما ارسلنك إلا رحمة للعالمين). Untuk itu, marilah kita jadikan Jihad di Indonesia ini jihad yang dapat menciptakan persaudaraan, sebagaimana yang dilakukan oleh para pendahulu kita, penyebar Islam di tanah Nusantara. Bukan seperti yang dilakukan oleh para pembajak Islam, yang membesarkan nama Islam melalui tindakan teror terhadap orang-orang yang berbeda dengan mereka.
Lalu, bagaimanakah cara kita untuk membangun persaudaraan antar sesama umat Islam, dalam memaknai perbedaan terhadap teks-teks Jihad? untuk itu, marilah kita simak bersama firman Allah swt di dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 10 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَ يْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ  لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ {10}
Artinya: ““Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah (bagaikan) bersaudara karena itu damaikanlah antar kedua saudara kamu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”


DEWAN HAKIM YANG ‘ARIF DAN BIJAKSANA
HADIRIN YANG KAMI BANGGAKAN
Mengenai ayat ini, Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa penggunaan kata (إِنَّمَا) innama dalam konteks penjelasan tentang persaudaraan antara sesama mukmin ini, mengisyaratkan bahwa sebenarnya semua pihak telah mengetahui secara pasti bahwa kaum beriman bersaudara, sehingga semestinya tidak terjadi dari pihak mana pun hal-hal yang mengganggu persaudaraan itu. Adapun kata (إِخْوَةٌ) ikhwah mengisyaratkan bahwa persaudaraan yang terjalin antara sesama muslim, adalah persaudaraan yang dasarnya berganda. Sekali atas dasar persamaan iman, dan kali kedua adalah persauadaraan seketurunan, walaupun yang kedua ini bukan dalam pengertian hakiki. Dengan demikian tidak ada lagi alasan untuk kita memutuskan hubungan persaudaraan antar sesama muslim. Lebih-lebih jikalau antar individu masih direkat oleh persaudaraan sebangsa, secita-cita, sebahasa, senasib dan sepenanggungan.
Thabathaba’i menulis, hendaknya kita menyadari firman Allah swt yang menyatakan bahwa : “sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara” merupakan ketetapan syariat berkaitan dengan persudaraan antara orang-orang mukmin dan yang mengakibatkan dampak keagamaan serta hak-hak yang ditetapkan oleh agama.
Adapun kata (أَخَوَيْكُمْ) akhawaikum adalah bentuk dual dari kata (أخ) akh. Penggunaan bentuk dual disini untuk mengisyaratkan bahwa jangankan banyak orang, dua pun, jika mereka berselisih harus diupayakan ishlah antar mereka, sehingga persaudaraan dan hubungan harmonis mereka terjalin kembali.
Dengan demikian, ayat di atas mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa persatuan dan kesatuan, serta hubungan harmonis antar anggota masyarakat kecil atau besar, akan melahirkan limpahan rahmat bagi mereka semua. Sebaliknya, perpecahan dan keretakan hubungan akan mengundang lahirnya bencana buat mereka, yang pada puncaknya dapat, melahirkan pertumpahan darah dan perang saudara.
Akhirnya, melalui ajang musabaqah ini, kami menghimbau kepada seluruh umat Islam, marilah kita bersama-sama terus berjihad di jalan Allah dengan penuh keramahan dengan cara menghormati local wisdom bangsa ini, sehingga jihad dapat menciptakan persaudaraan yang kuat antar sesama umat Islam.
Wahai saudara-saudaraku orang jawa “kito sedoyo sederek”, wahai saudara-saudaraku   orang   betawi   “kite   semuanye   besodare”,   wahai  saudara-saudaraku  orang lampung “kham semuaghian”, wahai saudara-saudaraku orang madura “taretan-taretan sadeje sampean kabi sadajena satareta”, wahai saudara-saudaraku orang aceh “gutanyo bandum masudara berme pake-pake”, wahai saudara-saudaraku papua irian jaya “ipar-ipar katorang samua basudara”, wahai saudara-saudaraku keturunan tyong hoa “tha cia thu she icajin banya cincaila”, wahai saudara-saudaraku orang India “ham seb bai bhai kuo mahabathe”. Kita tingkatkan ukhuwah basyariyah, ukhwah wathoniyah dan ukhuwah Islamyyah demi mendapatkan rahmat Allah swt, Amin ya Rabbal ‘Alamin……
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


EKONOMI SYARIAH PENDORONGPENGUATAN EKONOMI UMAT

السلام عليكم ورحمة الله وبر كا ته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على اشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين {أما بعد}

Hadirin yang kami hormati.
Dunia semakin cantik dan molek, dihiasi dengan perkembangan sains dan teknologi yang semakin canggih dan menarik. Akan tetapi permasalahan-permasalahan di setiap lini kehidupan termasuk didalamnya masalah kemiskinan, telah membuat otak ruwet, mumet dan jelimet. Bukankah karena miskin seseorang tidak dapat meneruskan pendidikannya maka ia menjadi bodoh? Bukankah karena miskin seseorang tidak dapat melihat dan mendengarkan berita-berita terkini (headline news) maka ia menjadi terbelakang? Bukankah karena miskin seseorang dapat menjual akidahnya maka ia menjadi kufur?
Masalah ini terus dan terus berputar bagaikan lingkaran setan yang seolah-olah tidak ada pemacahannya, padahal Islam telah memberikan solusi kongkrit, dengan cara “Ekonomi Syariah Pendorong Penguatan Ekonomi Rakyat”, sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah di dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 :
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ  {275}

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Hadirin Rohimakumullah.
Firman Allah yang baru kita simak bersama mengisyaratkan agar kita umat Islam memiliki ekonomi yang kuat. Mari kita kaji secara mendalam. Imam Ibnu Katsir di dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir jilid ke-3 menyebutkan, bahwa sebab diturunkannya ayat ini berawal dari sebuah pertanyaan Sa’ad bin Abi Waqash kepada Saidina Muhammad Rasulullah SAW. “ wahai Rasulullah aku memiliki harta yang banyak akan tetapi pewarisku hanya satu orang anak, maka bolehkah jika aku bersedekah dua pertiganya? Rasul menjawab : “tidak boleh”. Bolehkah jika seperduanya? Rasul menjawab : “ tidak boleh”. Bagaimana jika sepertiganya? Rasul menjawab : “ tidak boleh “ seraya melanjutkan perkataannya :
إنك إن تذر ورثتك الأغنياء خير من أن تذرهم عالة يتكففون الناس
“ sungguh aku mengharapkan jika engkau dapat warisi keturunan yang kaya dan berharta dan itulah yang terbaik dari pada engkau mewarisi keturunan yang lemah lagi papa serta hanya mengharapkan belas kasih orang lain “
Kisah ini menjelaskan kepada kita bahwasanya Islam menginginkan agar setiap orangtua dapat meninggalkan generasi penerus mereka dalam keadaaan yang kuat fisik, kuat mental, dan kuat perekonomiannya.
Syekh Mustofa al-Maroghi menafsirkan kalimat “khoofu ‘alaihim”, sebagai suatu kekhawatiran jikalau anak-anak hidup terlantar dan tersia-sia, kenapa demikian? Karena telah diketahui bersama bahwa tolak ukur sejahtera tidak sejahteranya seseorang, makmur tidak makmurnya seseorang dilihat dari keadaan ekonominya, apabila ekonominya baik, maka apa yang menjadi hajat hidupnya akan mudah untuk didapatkan, akan tetapi jikalau ekonominya buruk maka secara pasti apa yang menjadi hajat hidupnya akan sulit untuk terpenuhi.

Hadirin Rohimakumullah.
Dalam dunia ekonomi kita mengenal adanya tiga buah sistem ekonomi. Pertama, sistem ekonomi sosialis dimana pemerintah secara mutlak mengurus dan mengelola sistem perekonomian mereka. Kedua, sistem ekonomi kapitalis dimana setiap individu, setiap wirausahawan berhak untuk mengelola serta mengurus keadaan perekonomian mereka, sistem ekonomi inilah yang telah membuat jarak yang sangat antara yang kaya dengan yang miskin dan juga telah mengakibatkan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin (the rich richer and the poor poorer). Ketiga, sistem ekonomi Islam dimana dalam sistem ini yang di angkat kepermukaan adalah niali-nilai ukhuwah dan nilai-nilai kebersamaan, dengan artian bahwa setiap orang harus saling tolong menolong, yang kaya menolong yang miskin, yang kuat menolong yang lemah, tidak ada jarak diantara mereka bahkan mereka merasa bahwa mereka bagaikan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Dari penjelasan ini maka timbullah sebuah pertanyaan, bagaimanakah teknis untuk merealisasikan prinsip ini? Sebagai jawabannya mari kita renungkan firman Allah dalam surat adz-dzariyat ayat : 19
وَ فِى اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ للِسَّا ئِلِ وَ الْمَحْرُ وْمِ  { الذاريات : 19}
Artinya : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian”.

Hadirin dan hadirat yang kami hormati.
Firman Allah pada ayat ini dengan tegas dan jelas mengisyaratkan kepada kita bahwa pemberdayaan ekonomi diproyeksikan demi kesejahtraan bersama. Islam menolak keras sistem ekonomi dalam bentuk monopoli, oligopoli dan ekonomi yang diorientasikan hanya untuk kepentingan pribadi. Prinsip ini harus kita aplikasikan di negara kita jikalau kita  menginginkan negara kita menjadi negara yang maju dan damai. Apalagi jikalau kita perhatikan di negara kita Indonesia ini, masih terdapat 37,5 juta jiwa umat manusia yang berada dibawah garis kemiskinan, lalu berapa banyakkah ummat Islamnya ? ternyata setelah diteliti oleh lembaga peneiliti di Indonesia, terdapat lebih dari 30 juta jiwa umat Islam yang berada dibawah garis kemiskinan. Sebuah pertanyaan besar yang ada pada pikiran kita semua, mengapa umat Islam lebih banyak tenggelam dalam kemiskinan ?
Menurut KH Zarkasih, pertama. Banyak diantara kita yang hanya berorientasi pada keakheratan saja. Mereka memiliki pemahaman yang sempit terhadap hadits Nabi Muhammad SAW ”ad-dunya jiifah” dunia ini adalah bangkai yang menjijikkan. Dan “ad-dunya sijnul mukminin” dunia adalah penjara bagi umat Islam, pemahaman uang sempit terhadap kedua hadits ini mengakibatkan pemasalahan-permasalahan duniawi ditinggalkan dan Islam pada akhirnya identik dengan masalah kemiskinan.
Kedua.Kemunduran ekonomi umat Islam disebabkan dalam melaksanakan kegiatan ekonomi mayoritas umat Islam masih berpikir dengan corak agraris dan kolot. Padahal saat ini dunia bisnis membutuhkan orang-orang yang kreatif dan siap untuk saling berkompetisi dengan yang lainnya.

Hadirin dan hadirat yang kami hormati.
Bagaimanakah konsepsi Islam dalam perekonomian. Mari kita simak bersama firman Allah dalam surat an-nisa ayat 29 :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ {9} فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ   {10}

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (9) Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (10)”.

Hadirin rahimakumullah.
Syekh Mustafa al-Maraghi dalam tafisir al-Maraghi menyatakan, bahwa halalnya perniagaan, transaksi jual beli jika terjadi saling meridhoi antara keduanya, sebaliknya Islam sangat mengharamkan adanya penipuan, pendustaan dan pemalsuan barang. Hal ini menunjukkan bahwa ayat ini merupakan dasar dari sebuah sistem ekonomi Islam, dan ayat ini  pula merupakan himbauan pada kita semua agar tidak mencari keuntungan dengan cara menghisap darah orang lain yakni riba.
Berdasarkan prinsip ini maka dapat dipahami bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi mu’awanah, terdapat didalamnya sistem ekonomi mudharabah, murabahah, musyarakah, dan di negara kita alhamdulillah setidaknya telah melaksanakan prinsip ini seperti adanya bank-bank syari’ah. Oleh sebab itu, untuk menopang prinsip ini Rasulullah SAW bersabda :
من كان له مال فليتصدق بماله ومن كان له قوة فليتصدق بقوته ومن كان له علم فليتصدق بعلمه
“ siapa yang memiliki harta maka bersedekahlah dengan hartanya, siapa yang memiliki kekuasaan maka bersedekahlah dengan kekuasaannya, siapa yang memiliki ilmu maka bersedekahlah dengan ilmunya “.
Dengan demikian pada akhirnya kami mengajak pada seluruh umat Islam untuk bersama-sama mengaplikasikan sistem perekonomian Islam, yakni dengan cara pemberdayaan ekonomi umat, maka secara tidak langsung segala bentuk kebodohan, keterbelakangan, dan kekufuran akan hilang dengan sendirinya.
Untuk itu marilah kita berdoa kepada Allah semoga kita diberikan kemudahan dalam aktivitas kita. Amin ya Robbal ‘alamin.
والسلا م عليكم ورحمة الله وبركاته



ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH SOLUSI PEMBERANTASAN KEMISKINAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي امرنا أن نهتم الفقراء والمساكين الصلاة والسلام على سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلى اله وصحبه اجمعين اما بعد

Hadirin Rahimakumullah
Pada umumnya ada tiga konsep yang berkaitan dengan pemanfaatan harta benda. Pertama, komunis dengan prinsip mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan individu, tiap-tiap individu tidak memiliki kemerdekaan dan hak kepemilikan sehingga menguntungkan si miskin namun kerugikan bagi si kaya. Kedua, kapitalisme dengan prinsip menitik beratkan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat, akibatnya lahir “the rich richer and the poor poorer”. Yang kaya semakin, kaya dan yang miskin semakin miskin:
القوي يأكل الضعيف والعالم يأكل الجاهل
Yang kuat memakan yang lemah, yang pintar memakan yang bodoh. Homo homoni lupus to be polity in society, penghisapan manusia terhadap manusia menjadi peradaban. Hadirin hanya membawa derita dan untaian air mata bagi kaum dhu’afa. Dalam polemic tersebut muncul konsep Islam dengan unsur keseimbangan dalam pemberdayaan:
كي لا يكون دولة بين الأغنياء منكم
Agar harta kekayaan tidak hanya bergulir di antara orang-orag kaya di antara kamu sekalian.
Tapi dirasakan pula oleh kaum dhu’afa. Prinsip tersebut diantaranya diaplikasikan melalui pelaksanaan zakat, wakaf dan infaq. Karena ituntasan itulah Zakat, Infaq, dan shodaqoh solusi pemberantasan kemiskinan “ adalah tema yang akan kita uraikan pada kesempatan kali ini. Dengan landasan surah At-Taubah ayat 103:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿١٠٣﴾
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Hadirin Ma’asyral Muslimin Rakhimakumullah…
Hadirin Imam Ibnu Jarir mengatakan ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan permintaan Abu Lubabah beserta kedua temannya kepada Rasulullah Muhammad SAW seraya berkata: “Ya Rasulullah, ini harta benda kami sedekahkanlah atas nama kami dan mintakanlah ampunan bagi kami!”. Rasul menjawab: “Aku tidak diperintah Allah untuk menerima harta sedikitpun”. Berkenaan dengan hal tersebut, turunlah perintah Allah untuk menerimanya sebagaimana terangkai dalam surah At-Taubah ayat 103 tadi terutama pada kalimat خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ Kalau kita kaji lebih dalam kalimat خُذْ disamping menunjukkan sighat Amr juga mengisyaratkan agar dibentuk lembaga pengelola zakat, wakaf dan infaq yang professional dan proporsional. Kenapa demikian? Pertama, karena sadar membayar zakat itu hanya sedikit. Kedua, mengisyaratkan agar amilin memiliki manajemen yang bagus. Masa orde baru terbukti karena amilin tidak professional akhirnya zakat bukan mensejahterakan rakyat tapi zakat menjadi jaket.
Hadiri, apa hikmah zakat bagi seorang muzakki? Ayat tadi menjelaskan : Pertama, Tathir  تطهرهم untuk membersihkan harta dari hak-hak fakir miskin, orang yang tak berharta, orang yang terbaring di pinggir-pinggir jalan yang tiap hari merasakan pekik getirnya kehidupan, hanya isak tangis yang ia rasakan. Kedua, وتزكيهم membersihkan dari penyakit rakus, tamak, dan serakah. Penyakit ini hadirin yang harus kita bersihkan, sebab jika kehidupan manusia dilanda penyakit ini maka akan lahir hartawan berjiwa Qarun, pengusaha bermental Sa’labah, penguasa berotak Fir’aun, fungsinya bukan pelindung rakyat tapi pemeras, penindas, bahkan perampas hak-hak rakyat. Fungsi yang ketiga, Taskin سكن لهم maksudnya dengan zakat, wakaf, dan infaq jiwa akan tenang, hati senang walaupun banyak uang. Amin ya rabbal ‘alamin.
Tapi sebaliknya, jika para aghniya’, para konglemerat enggan membayar zakat, enggan untuk wakaf, dan enggan berinfak maka suatu negara bisa kiamat, walau gedung bertingkat, walau mobil makin mengkilat, dijamin rakyat sulit berdaulat apalagi jikalau pejabat sudah jadi penjahat, menyikat uang rakyat, jelas bangsa bisa kiamat. Na’udzubillah mindzalik. Padahal Rasulullah saw telah mengancam :
ليس المؤمن الذى يشبع وجاره جائع إلى جنبه
Bukan termasuk orang mukmin, orang yang hidupnya kenyang sendirian sementara tetangganya hidup dalam kelaparan
Dengan demikian, orang kaya yang tidak peduli dengan nasib kaum dhu’afa, konglomerat yang acuh terhadap kaum melarat, pejabat yang apriori terhadap nasib rakyat, bukan saja mencerminkan orang yang jahat, tetapi mencerminkan orang yang tidak beriman dan orang seperti ini harus minggir dari Negara kita tercinta ini. Sebab Negara kita Indonesi akan jaya apabila dipimpin oleh orang-orang yang peduli dengan nasib kaum dhu’afa.
Oleh karena itu hadirin, semangat zakat, wakaf dan infak wajib kita aplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Timbul pertanyaan, kepada siapa zakat itu diberikan? Sebagai jabannya kita renungkan firman Allah swt dalam al-Qur’an Surat al-Taubah ayat : 60

Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana


Hadirin Rakhimakumullah….
Ayat tersebut diawali dengan  إنما dalam ilmu balaghah merupakan اداة القصر yang berfungsi untuk mensfesifikasikan. Ayat tersebut merupakan deskripsi Allah swt tentang skala prioritas penerima harta zakat, yaitu الفقراء والمساكين orang-orang fakir dan miskin. Lalu bagaimanakah kaitannya dengan kondisi Bangsa kita saat ini? Prof. Sukirman melaporkan 23 juta lebih penduduk indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, apalagi setelah terjadinya krisis moneter, marak korban PHK, sulit mencari lapangan kerja, kemiskinan semakin membengkak. Akibatnya kemiskinan ini كاد الفقر أن يكون الكفرا  dampak langsungnya adalah dapat menyebabkan kekufuran, akibatnya adalah kemiskinan. Dr. Ismail Raj’i al-Faruqi, derektur lembaga pengkajian Islam internasional mengatakan bahwa “ kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan merupakan tiga permasalahan besar yang saat ini, namun diantara ketiganya kemiskinan merupakan yang paling berbahaya. Sebab kebodohan dan keterbelakangan itu muncul akibat kemiskinan. Akibatnya, tidak sedikit saudara kita yang menjual akidah hanya untuk mempertahankan hidupnya. Bahkan akibat kemiskinan tidak sedikit gadis-gadis kita yang menjual kehormatannya untuk medapatkan sesuap nasi. Na’udzubillah. Hadirin, menurut Dr. Didin Hafifudin, MSc, agar kemiskinan tidak bertambah dan bertambah, ada tiga hal yang harus kita lakukan berkaitan dengan kewajiban zakat. Pertama. Kita harus mengeluarkan zakat dan memasyarakatkan gerakan sadar zakat. Kedua, kita harus membentuk lembaga zakat yang professional.  Ketiga, kita harus memberdayakan zakat untuk membangun kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, kita harus menyambut baik usaha pemerintah yang berhasil membuat Badan Amil Zakat (BAZIS), kita patut mengacungkan jempol dengan usaha pemerintah yang berhasil membuat peraturan pemerintah No. 34 tahun 99 tentang pengelolaan zakat. Semoga usaha yang telah dilakukan dapat menyadarkan masyarakat kita untuk taat mengeluarkan zakat, berwakaf, dan berinfaq sehingga dapat  mengurangi kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat kita. Amin ya robbal alamin….
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


MENGHADIRKAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي جعل الإنسان خليفة بارسطاة وانواع مختلفة. وبذالك اوجب علينا اخوة الصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن تبع رسالته {اما بعد}


HADIRIN MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Rasisme dan diskriminisme merupakan paham yang sangat paradok dengan kemajemukan. Jammes Monrou dengan doktrinnya “American is on America” telah menganggap bahwa bangsa Amerika paling baik dari bangsa lain. Benneto Mussolini dengan ajarannya, Fasisme Italia merasa bahwa bangsanya lebih mulia dari bangsa lain. Hirohito dengan Fasisme Jepangnya mencetuskan bahwa bangsanya paling pantas memimpin dunia. Alhasil paham-paham tersebut tidak menghargai kemajemukan. Samuel Eto’o, pemain sepak bola asal Kamerun pun ikut menjadi salah satu korban rasisme, sehingga jauh-jauh hari Persatuan Sepakbola Eropa (UEF) mencanangkan program kampanye “Let’s Kick Racism out of Football”. Dan di Indonesia kita diinggatkan akan kerusuhan Mei 1998, di mana sasaran utamanya adalah orang-orang Tionghoa, masyarakat secara umum tidak melihatnya sebagai suatu tindakan biadab. Banyak yang mengutuk, dari luar negeri, Negara-negara sahabat, lembaga-lembaga PBB maupun lembaga HAM Internasional mengutuk keras rasial Mei 1998.
Penghargaan dalam Islam tidak berdasarkan ras, suku, keturunan, prestise, tapi penghargaan dalam Islam berdasarkan amal dan prestasi. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai sikap Islam dan dunia kemajemukan, maka pada kesempatan ini kita bicarakan “MENGHADIRKAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK ”. Dengan rujukan surat Al-Hujurat, ayat 13 :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

HADIRIN MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Menurut ibnu Asy-Syakir dalam kitab Mubhamat bersumber dari abu bakar bin abu daud, bahwa ayat ini berkenaan dengan keinginan Rasulullah SAW untuk menikahkan Abi Hindin kepada seorang puteri dari kalangan Baidhah. Bani Baidhah dengan sinis berkata pada Rasulullah ” ya Rasulullah pantaskah kami mengawinkan putri-putri kami kepada budak-budak kami ? Rasul belum sempat menjawab saat itu, jibril datang menyampaikan surat Al-Hujurat ayat 13 yang diawali dengan يَاأَيُّهَا النَّاسُ, Menurut Imam Ali Ash-Shabuni dalam Shafwat al-Tafsir beliau menjelaskan :
أي خطاب لجميع البشر
Artinya : “objeknya adalah seluruh manusia”.
Bahwa manusia baik laki-laki maupun perempuan walau bercorak suku berlainan bangsa semuanya memiliki harkat dan martabat yang sama di hadapan Allah SWT. Fungsinya bukan untuk saling menutup diri, melecehkan, menghina, membangga-banggakan kelompok, suku bangsa, maupun daerah masing-masing. Sebab dengan tegas Rasulullah SAW bersabda :
ليس منا من دعا على عصبيته وليس منا من مات على عصبيته
Artinya : “Bukan golongan kita, orang yang membangga-banggakan kesukuan dan bukan golongan kita orang yang mati karena membela, mempertahankan dan memperjuangkan kesukuan.”
Ini berarti kemajemukan tersebut harus kita jadikan jembatan emas
لِتَعَارَفُوا أي  ليحصل بينكم التعارف والتألف
Artinya : “Agar kamu saling mengenal, yakni menjalin komunikasi yang harmoni dan menebarkan cinta kasih serta kasih sayang yang tiada pandang sayang.”
Demikian ungkapan Imam Ali Ashobuni dalam Safwat at Tafassir.

HADIRIN WAL HADIRAT RAHIMAKUMULLAH
Timbul pertanyaan, bagaimana sikap kita dalam menyikapi kemajemukan bangsa Indonesia ini sebagai suatu berkah?  Pertama, sebagai umat yang mayoritas mari kita jalin ukhuwah Islamiyyah di Negara kita ini. Meskipun kita berbeda suku, adat istiadat, maupun organisasi dan partai pilihan, tapi kalau satu akidah, tidak boleh saling menghina, memfitnah, mengadu domba, apalagi sampai menumpahkan darah.
Mengingat pentingnya ukhuwah Islamiyah ini, pantas jikalau Rasulullah SAW ketika sedang sakit keras, namun beliau bangkit berdiri dan berkata tentang pertentangan yang terjadi antara kaum Aus dan Khazraj :
ابدا ابدا ابدا الجاهلية من بعد ما جاءتهم البينات وانا احضر بينكم

Artinya : “Apakah kamu akan kembali ke dalam tradisi jahiliyah (berpecah belah) setelah datang penjelasan-penjelasan dan aku masih hadir di antara kalian.”
Sikap keras Rasul tersebut hadirin, merupakan realisasi untuk merajut ukhuwah Islamiyah yang harus kita teladani dalam menyikapi kemajemukan bangsa kita ini. Karena perpecahan kaum Aus dan Khazraj merupakan symbol bibit perpecahan internal umat Islam yang saat ini banyak terjadi.
Sebagai bukti, disebabkan perbedaan pendapat masalah furuiyah, berlainan organisasi yang diperkokoh oleh kepentingan pribadi dan kelompok, lantas pisah partai, putus silaturrahim, berakhir dengan saling tonjok, saling rampok, bahkan saling bacok. Na’udzubillah.
Kedua, sebagai warga Negara Indonesia, mari kita wujudkan dan kita pelihara ukhuwah wathoniyah, dengan cara mengamalkan kembali filsafat momentum sumpah pemuda yang telah diikrarkan oleh bangsa Indonesia terdahulu, bahwa kita satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.
HADIRIN WAL HADIRAT RAHIMAKUMULLAH.
Jikalau beberapa upaya langkah-langkah ini sudah kita lakukan, mudah-mudahan bangsa kita akan  menjadi bangsa yang selalu menghargai akan adanya perbedaan, sehingga bangsa kita akan senantiasa mendapatkan keberkahan dalam menjalankan pembangunan di Negara kita ini,  sebagaimana yang Allah janjikan dalam surat Al-A’raf ayat 96 :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ{٩٦}
Artinya : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”.
HADIRIN JAMA’AH SYARHIL QUR’AN ROHIMAKUMULLAH
Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asqori dalam Zubdat at Tafsir min Fath al Qadhir menjelaskan bahwa jikalau umat manusia beriman dan bertakwa :
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أي لوسعنا عليهم الخير من كل جانب
Artinya : “pasti Allah lapangkan bagi mereka keberkahan dari langit dan Allah lapangkan keberkahan dari bumi.” syaratnya iman dan taqwa.
HADIRIN ROHIMAKUMULLAH
Dari uraian tersebut dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa jikalau segala upaya ttelah kita lakukan mudah mudahan bangsa kita menjadi bangsa yang bersatu pada sehingga dapat membentuk Negara yang baldatun toyyibatun warabbul ghafur, amin.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah mudahan ada manfaatnya…
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


2 komentar:

  1. Did you realize there is a 12 word sentence you can speak to your partner... that will trigger intense feelings of love and impulsive attractiveness to you buried within his chest?

    That's because deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's impulse to love, idolize and protect you with his entire heart...

    12 Words Will Fuel A Man's Desire Response

    This impulse is so built-in to a man's brain that it will drive him to try better than before to make your relationship the best part of both of your lives.

    As a matter of fact, triggering this influential impulse is so essential to getting the best ever relationship with your man that the second you send your man one of these "Secret Signals"...

    ...You will immediately find him open his mind and heart for you in such a way he never experienced before and he'll identify you as the only woman in the world who has ever truly tempted him.

    BalasHapus